Tuesday, February 21, 2012

If I Were Unicef Volunteer..

Hai, aku Widy dan usiaku 20 menjelang 21 tahun sekarang! Bukan usia yang muda lagi untuk menentukan mau jadi apa kamu besar nanti. Karena aku menyadari sudah mulai besar (um.. dewasa kedengarannya lebih enak), aku pun telah memutuskan mau jadi apa. Mencoba memetakan target-target pencapaian hidupku jangka pendek, menangah dan panjang.

Cita-citaku selain menjadi wirausaha dan public relations untuk perusahaanku sendiri adalah menjadi volunteer. Banyak orang yang heran mengapa aku ingin menjadi volunteer aka relawan ketika dewasa nanti? Jawabanku..

"Umm.. aku gatau! Aku cuma mau jadi relawan aja"

Memang tidak ada alasan pasti mengapa kita jatuh cinta. Begitu juga mengapa aku memilih jadi volunteer ini.

Tidak satu dua orang yang bertanya pekerjaan impianku ini. Ketika mereka tahu aku akan menjadi volunteer, biasanya mereka bertanya lagi, kamu mau jadi volunteer apa dan dimana? Jawabku, "Aku ingin jadi volunteer di Unicef. Meet children around the world. Give 'em smiles and happiness.."

Kemudian timbul pertanyaan lagi "kamu tahu siapa dibalik PBB?"

"Ya, Amerika. Dan israel ada di balik Amerika". Mungkin bagi beberapa orang (atau mungkin kawan-kawan seusiaku yang sangat 'menjaga' dari embel-embel kedua negara diatas, masih banyak badan organisasi / NGO lain yang juga bisa membantu mewujudkan impianku. Namun entah kenapa aku punya pemikiran sendiri.

Aku seorang muslim, dan akupun bangga menjadi seorang muslim. Namun misiku menjadi volunteer bukanlah untuk menyebarkan agama, atau membuat seseorang memeluk agama tertentu. Bagiku, keputusan seseorang meyakini apa di dalam hatinya itu sangat asasi. Justru di pandanganku apabila suatu kelompok membuat kegiatan amal dengan tujuan penyebaran agama tertentu itu adalah pelanggaran HAM.

Kemudian muncul pertanyaan lagi, "dimana independensi mu sebagai relawan?"

Aku pernah belajar dari Kang Item AJI, dia bilang independensi itu bukan berarti kita 'lepas' dari pihak manapun. Realitanya, kita juga butuh orang lain untuk bekerja sama dan membantu program kita. Independensi sendiri menurut Kang Item, artinya membantu ya monggo, tapi tidak mempengaruhi kita dalam pembuatan keputusan.

Tapi kalau dilihat dari sisi politik, tak mungkin seseorang mengucurkan dana beeegitu besarnya tanpa kepentingan tertentu. Ya, kita bisa lihat lah contohnya konsensus Washington. Tapi aku membantahnya lagi, UNICEF kan bukan bank dunia. Dana amal yang dikeluarkan tidak dihitung sebagai hutang atau melalui perjanjian tertentu.

Hem.. mungkin aku yang sok tahu ya. hehehe...

Aku memang belum bisa menganalisis dengan baik dan tajam seperti kawan-kawan mahasiswaku yang lain. Cara berpikirku kadang random, kadang liar, kadang terlalu imajinatif. Mungkin aku butuh seseorang yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan liarku tentang kehidupan. Atau mungkin kehidupan sendiri yang akan memberikanku jawaban pada saat aku dewasa nanti?

Entahlah..



Good night, friends..


Mungkin nanti aku jadi volunteer Unicef yg berjilbab selanjutnya hehe

1 comment :

  1. Saya satu pemikiran sm anda sist :). Semoga anda bisa menjadi relawan Unicef. Saya juga berharap bisa menjadi relawaan suatu hari kelak. Ini baru awal tahapan say amengumpul informasi (searching) segala ttg realawan/sosial. - @damaileha -

    ReplyDelete