Thursday, May 2, 2013

Belajar Bersama Adik-Adik Pemulung di Bintara

Terkadang kita tidak tahu kemana Tuhan akan membawa kita, termasuk saat Tuhan mempertemukan saya dengan adik-adik pemulung di Bintara.

Saya adalah relawan dari Rumah Singgah Balarenik, sebuah rumah singgah yang membina anak jalanan dan dhuafa di Cakung Jakarta Timur sejak Januari 2010. Balarenik adalah cinta pandangan pertama saya. Ibarat rumah, saya seperti tak bisa meninggalkannya walau berkelana ke organisasi sosial manapun.

Di akhir November 2012, Mpok Sulis (salah satu relawan juga di Balarenik) bercerita tentang ada sebuah kelompok besar pemulung di tengah perumahan di Bintara Bekasi Barat. Awalnya saya tak percaya, sampai beberapa hari kemudian saya diajak ke lokasi tersebut. Takjub? Ya. Kami masuk dari sebuah perumahan yang bagus dan rapi, lalu jalanannya menurun dan semakin sempit, dan... terlihat sebuah lapangan besar dengan banyak sekali lapak non-permanen.

Lapak Pemulung di Lapangan 2 Kelurahan Bintara

Balarenik memutuskan untuk mulai membina adik-adik pemulung di sini. Ada sekitar 40-an anak yang kami bina, itu pun tidak semua anak ingin atau diperbolehkan oleh orang tuanya. Karena keterbatasan relawan, saya pun tidak lagi mengajar di rumah singgah, melainkan pindah menjadi koordinator di Sanggar Balarenik Bintara. Karena belum memiliki tempat sendiri, kami menumpang di mushola setempat untuk belajar bersama tiap hari Sabtu pagi.

Mushola tempat Sanggar Balarenik belajar

Karakter anak-anak pemulung berbeda dengan anak jalanan. Mereka tidak begitu ‘cepat dewasa’ seperti anak jalanan, perkembangan psikisnya masih seperti anak-anak pada umumnya. Namun mereka banyak mengalami gangguan kesehatan, seperti batuk, pilek, flek paru-paru, atau sakit kulit. Mungkin karena lingkungan yang kurang ramah sebagai tempat tinggal dan bermain anak. Saat mengajar, saya selalu sedia betadine atau tissue. Terkadang saya juga harus membersihkan luka anak-anak yang terbuka. Kalau sudah satu anak dibersihkan lukanya, biasanya anak lain juga ikut minta dibersihkan lukanya. Hehehe... Mereka kadang memang manja :)

Ujang, Jeje, Nurul, dan kawan-kawan

Cara belajar adik-adik Bintara pun berbeda dengan anak jalanan. Kalau anak jalanan lebih suka belajar dengan cara bermain, seperti bernyanyi atau olah tubuh. Bagi adik-adik Bintara, yang namanya belajar ya harus dengan pensil dan buku. Mereka tak mau belajar tanpa pensil dan buku. Bagi mereka mewarnai, menyanyi, menari, itu belum belajar. Salah satu tantangan yang berat saat mengajar adik-adik di Bintara adalah mereka bahkan belum tahu cara memegang pensil. Kami harus mulai benar-benar dari nol.

Meski tanpa meja belajar, adik-adik tetap semangat

Foto bareng setelah belajar
Harus sabar mengajarkan adik-adik memegang pensil

Neneng (tunarungu, 11th) sudah bisa berhitung lancar sampai 20, lho!


Sri (atas) dan Iyah (bawah) menggambar anggota keluarganya

Di Bintara, banyak adik-adik yang belum bersekolah padahal usianya sudah 7 sampai 11 tahun. Kebanyakan dari mereka juga ikut orang tuanya memulung, terutama di sore hari. Sebagian besar adik-adik tidak punya akte kelahiran, hal itu juga yang menyulitkan mereka mendaftar di sekolah umum.

Sesekali saya juga berkunjung ke rumah adik-adik, mengobrol dengan orang tua mereka. Para orang tua begitu baik dan ramah menyambut saya. Kami berbincang banyak, tentang penghasilannya, pekerjaan memulungnya, atau sekedar curhat-curhatan. Akhirnya, tercetus ide untuk menulis penelitian tentang masyarakat pemulung di Bintara. Alhamdulillah, penelitian tersebut membawa saya sebagai Juara 1 mahasiswa berprestasi tingkat universitas dan akan dipresentasikan juga di tingkat Kopertis Wilayah VI bulan ini. Selain itu, essay saya tentang adik-adik pemulung di Bintara juga mengantarkan saya ke Indonesia Youth Forum 2013 di Bandung akhir Mei mendatang.

Curhat session dengan para ibu, hehehe...

Selama lima bulan saya belajar bersama dengan adik-adik pemulung di Bintara banyak kegiatan yang kami lakukan. Kegiatan ini juga tak terlepas dari kebaikan-kebaikan para donatur dan relawan lain yang mendukung aksi sosial ini.

Dapat donasi alat tulis dari Rumah Singgah Balarenik

Bernyanyi dan berjoged kupu-kupu

Membuat bunga dari kertas dan kartu ucapan untuk Hari Ibu

Membantu renovasi mushola tempat Sanggar Balarenik Bintara

Nonton Bareng Kick Andy & Cinema XXI


Outbond di Talaga Cikeas (28/3)

Menemani Ibu Giwo syuting di Sanggar Balarenik Bintara
untuk Tupperware She Can (9/4)


Berkenalan dengan adik-adik pemulung di Bintara, tak hanya pengalaman baru bagi saya. Kami saling bertukar ilmu, mereka belajar baca, tulis, dan hitung, kami (para relawan) pun belajar banyak tentang kehidupan dan kesabaran dalam mendidik. Saya pribadi saat ini mengerti dan sangat berterima kasih kepada Ibunda dan guru-guru saya, pasti sulit sekali mengajarkan anak-anak yang tidak tahu apa-apa sampai akhirnya bisa membaca, menulis, dan berhitung.

Foto bersama kakak-kakak Relawan yang SUPER!!
 
Mendidik tak hanya menjadi tanggung jawab orang tua atau guru di sekolah. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan, hal itu pun tercantum dalam undang-undang. Namun, bagaimana jadinya jika kita hanya berharap pada pemerintah dengan urusannya yang banyak itu? Tanpa perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah kita juga mampu melakukan kegiatan mendidik. Dengan konsistensi yang kita jalankan, Tuhan pun akan memberikan jalan untuk keberlanjutan kegiatan kita.

Tak ada satu pun anak yang ingin terlahir miskin dan bodoh. Jika orang tuanya atau pemerintah belum bisa memenuhi hak pendidikannya, maka kewajiban kita untuk membantunya. Meskipun hanya mengajarkan satu huruf dan memberikan senyum kita, pasti sudah membahagiakan bagi mereka.


Jajan es dulu bareng adik-adik, hehehehe...

Selamat Hari Pendidikan Nasional, mari mendidik sejak muda...

14 comments :

  1. hebat banget deh sista yang satu ini. keep the good work sis :)

    btw, blogmu kok sepi say? sering2 blogwalking biar banyak tamunya say...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba Ratu, alhamdulillah blogwalking bermanfaat sekali :)

      Delete
  2. Happy Sunday,, How do you do? Introduce my self, Muhammad Zulham S.Si, 24 years Old, I have had Job , I am banker, I want to make my weekend usefull with Teach anak Kurang Mampu,, I want to spend my Life to share what I have with others, Please Give me them :) Thank You (085275833750)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Zulham, sorry for late respond... I'm not teaching at Balarenik anymore since i've had to finish my thesis. You can contact Mr.Agusman (Head of Balarenik Foundation) at 0813-1783-4959

      Delete
  3. Wah kak seneng yah kalo bisa bermanfaat buat orang lai. Aku Ernie kak, pengen banget bisa jadi relawan kaya kakak, keinginan aku buat membantu belajar adik-adik seperti di sanggar balerenik besar banget kak, ya walaupun basic aku dari pertanian kak. Aku domisili di bekasi timur kak, semoga kakak bisa bantu atau ngasih info untuk bisa jadi relawan di rumah singgah ya kak. Terima kasih.. :)
    contact (erniehartini@ymail.com)

    ReplyDelete
  4. bagus bngt mba....sy tau lokasinya d mn itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah dekat dengan Bintara ya? Silakan main atuh ^_^

      Delete
  5. hy,
    sepertinya disana seru...
    boleh gabung...?
    ini email saya, jika lolos tes. hehehee...
    dedekwahyu08@yahoo.co.id
    (bekasi punya gaya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Wahyu,

      Salam kenal, saat ini saya tidak lagi berkegiatan di rumah singgah Balarenik, jika ingin main ke sana kamu bisa hubungi kak Agusman (Ketua Yayasan Balarenik) di 0813-1783-4959

      Delete
  6. Assalamualaikum mbak widy,
    Perkenalkan saya asri.. saya tertarik untuk bisa bergabung menjadi relawan. Kebetulan saya baru saja menetap di bekasi. Kira2 apakah saya bisa bergabung? (asri.hz05@gmail.com)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Asri,

      Salam kenal, saat ini saya tidak lagi berkegiatan di rumah singgah Balarenik, jika ingin main ke sana kamu bisa hubungi kak Agusman (Ketua Yayasan Balarenik) di 0813-1783-4959

      Delete