Wednesday, September 28, 2016

Pengalaman Mengurus Kartu Keluarga Baru

Foto oleh picfont(dot)com

Saat mempersiapkan pernikahan, kita disibukkan dengan mengurus surat nikah. Saya kira setelah menikah hidup saya bisa bebaaaaass tenaaaaaaannngggg dari surat persuratan seperti saat lajang dulu. Ternyata enggak ya, malah banyak yang diurus setelah menikah apalagi menjelang punya momongan gini :D

Fyi saya mengurus kartu keluarga baru karena dibutuhkan untuk membuat jaminan kesehatan dari kantor suami. Selain jaminan kesehatan istri, nantinya juga dibuatkan jaminan kesehatan anak. Ya ndak bisa dengan KK lama (KK dari rumah orang tua masing-masing), harus dengan KK baru. Jadilah kita bikin KK baru demi kelancaran administrasi jaminan kesehatan dan akta kelahiran anak tersayang kelak. Hehehe...




Awalnya saya ditawari mengurus KK dari rumah mertua. Ada seseorang yang menawarkan jasa pembuatan KK baru Rp 450.000 terima beres. Saya berpikir karena sejauh ini pengalaman mengurus surat di kelurahan dan kecamatan saya mudah, cepat, dan transparan, buat apa juga minta tolong calo. Mending urus sendiri, kebetulan saya juga ibu rumah tangga dan punya waktu luang. Lagipula dengan Rp 450.000 dia hanya membuat KK baru, tanpa merevisi KK lama punya mertua dan orang tua saya. Nah, lho! Jadi kayak semacam data amburadul gitu ya. Yaa..... beginilah Indonesia. Calo pun bisa kerja serampangan dengan meninggalkan problema baru. Hahahaha...

Nah di sini saya menuliskan langkah demi langkah saat mengurus KK baru. Kondisinya saya dan suami berada dalam satu kota (Bekasi), hanya beda kecamatan saya di Bekasi Selatan dan suami dari Jatiasih. Semoga bermanfaat ya :)

1. Mengurus Surat Pindah (Domisili Suami)

Setelah menikah, kami tinggal di samping ibu saya namun berbeda rumah. Untuk membuat KK baru, suami membuat surat pindah untuk cabut berkas kependudukan dari RT/RW, Kelurahan, sampai ke tingkat Kecamatan. Yang ini nyuruh orang, karena suami sibuk kerja dan memang daerah suami masih banyak calo-calo beginian kalau gak pakai calo jadi lama. Hehehe...

Bayar 150 ribu, proses seminggu.
Syaratnya :
- fotokopi KTP suami & istri
- fotokopi KK mertua
- fotokopi KK ortu

2. Mengurus Pengantar RT & RW

Setelah surat pindah suami ada di tangan, saya datang ke rumah Pak RT untuk dibuatkan pengantar pembuatan KK baru ke kelurahan. Biayanya 10 ribu untuk iuran kas RT, 10 ribu untuk iuran kas RW.

Proses cepet banget, setengah jam kelar.
Syarat :
- Surat pindah suami
- FC KTP suami & istri
- FC KK mertua
- FC KK ortu
- FC surat nikah

3. Mengurus Pengantar ke Kelurahan

Syarat :
- Surat pengantar RT/RW
- Surat pindah suami
- FC KTP suami & istri
- FC KK ortu
- FC akta nikah/surat nikah
- tanda lunas PBB tahun berjalan


Lanjut ke kelurahan. Bawa syarat yang diajukan ke RT & RW aja ditambah surat pengantar. Hasilnya nanti akan dapat 'print putih' (semacam draft KK baru gitu) untuk di-cap ke kecamatan.

Kata ibu saya, kalau jaman dulu ditawarkan mau 'dibantu' urus KK atau enggak? Kalau mau, tinggal bayar dan terima jadi. Entah mungkin sekarang pegawai kelurahan dan kecamatan sudah agak takut sama gratifikasi, jadi saya gak ditawarin blas. Gratis sih, tapi jadi jalan sendiri hehee...

Proses cepet banget, setengah jam kelar.

4. Minta Cap ke Kecamatan

Syarat :
- Print putih (draft KK) dari kelurahan
- Surat pindah suami
- FC KTP suami & istri
- FC KK ortu
- FC akta nikah/surat nikah

Cuma minta cap doang, setengah jam kelar dan gratis.

5. Pengajuan Cetak KK di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

JENG.. JENG.. JENG.. JENG..

Inilah fase yang paling greget! Paling warbiyasak! Paling rawrrrr!!!!

Saya benar-benar tidak menduga akan mengalami fase ini, karena ya berbekal pengalaman saya di RT sampai kecamatan yang aman-aman dan cepat-cepat saja. Tiba-tiba saya harus berhadapan dengan birokrasi khas Indonesia buangettttt di sini.

Bayangkan sodara-sodara, saya yang lagi hamil 7 bulan bawa perut gede dan harus bolak-balik 4 kali ke kantor Disdukcasip ini. Hhhhh........ Kok bisa 4 kali? Nih, saya beberkan :

a. Kedatangan 1

Datang ke Disdukcasip Kota Bekasi, diarahkan ke petugas KK yang ada di tenda luar gedung. Di sana ada pengecekan syarat. Menurut dia syaratnya :
- Print putih (draft KK) kelurahan yang sudah dicap kecamatan
- Surat pindah suami
- FC KTP suami & istri (harus e-ktp)
- FC akta nikah/surat nikah
- KK asli punya orang tua & mertua

Saya lupa bawa KK asli dan KTP suami yang e-ktp hilang. Setelah hilang, suami saya bikin KTP di rumahnya (again.. pakai calo) dan hasilnya gak e-ktp. Untung bisa urus bukti perekaman e-ktp di Disdukcasip. Jadi FC KTP suami diganti dengan draft e-ktp aja yang sudah ditandatangan dan dicap petugas.

E-KTP atau yang sekarang disebut KTP-el penting banget sodarah. Sekarang ngurus berkas apapun harus pakai e-ktp. Pucing deh... Hehehe... Alhamdulillah saya dan suami sama-sama sudah e-ktp sejak 2012. Jadi gak perlu perekaman lagi. Kebayang gak sih, mau ngurus KK aja harus bikin e-ktp dulu yang antrinya bagai ular naga panjangnya bukan kepalang dan KTP-nya gak jadi-jadi itu?

b. Kedatangan 2

Bismillah... saya datang dengan syarat yang sudah dilengkapi. Dalam sehari, Disdukcasip hanya memberikan 150 nomor antrian pencetakan KK. Jadi kalau kita gak dapat nomor antrian, ya harus datang lagi pagi-pagi keesokan harinya. Hiks...

Saya pun dapat nomor antrian 118 dari 150. Dipanggilnya jam berapa sodarah?
Antri jam 9 pagi, dipanggil jam 15.30. WEKWEKWEK.

Sampai ruangan pencetakan KK, ternyata SYARAT SAYA KURANG. BOOOKK PLIIISSS!!!!!!!!

"Mba, bawa buku nikah asli?"
"Enggak, bu. Harus bawa buku nikah asli kah?"
"Iya, harus bawa buku nikah asli. Dan fotokopi surat nikahnya harus SATU BUKU", Gak bisa cuma selembar aja pas bagian akta nikahnya."

Saya pun memelas :(

"Waduh bu, gimana ya. Saya sudah bolak-balik ke sini. Di depan tadi syarat saya lengkap semua, dicontreng semua. Kok tiba-tiba di dalam sini syaratnya beda lagi?"

Sang ibu petugas pun bersikeras harus ada buku nikah asli dan fotokopi buku nikah satu buku. Alasannya karena sekarang banyak buku nikah palsu.

ALAMAAAKKK...... NGANA SANGKA KITORANG MALSUIN BUKU NIKAH?

Huhuhuhuhu mau nangis rasanya udah gak ngerti harus berekspresi gimana lagi. Udah ngantri seharian di ruangan sumpek, gerah, penuh orang, dan bau ketek, lalu berkas kita ditolak :(


c. Kedatangan ke-3

YEAH! Datang pagi lagi, ambil nomor antrian lagi.
AKU MERASA GAGAH :))

Hari itu saya datang kepada ibu petugas yang sama. Gak lupa dong, buku nikahnya yang asli dibawa dan fotokopi satu buku :D

Di ruangan itu kita diminta melihat isi draft kartu keluarga baru dan mengroscek data-data di dalamnya. Dilakukan pembaruan data juga, seperti penggantian alamat, profesi, dan status pernikahan. Jangan sampai lengah krosceknya ya geis, dalam proses ini kalau kamu lengah dan KK sudah tercetak maka kamu gak bisa revisi dengan mudah melainkan harus urus dari awal lagi. Mbegitulah, agak nyusahin orang emang :D

Saya kira setelah kedatangan ketiga ini saya bisa langsung memegang KK baru, ternyata KK dicetak, lalu kita diberikan tanda pengambilan saja. Saya harus kembali 14 hari kemudian untuk ambil KK. WEKWEKWEKWEKWEK LAGI. Mungkin karena harus dicap dan ditandatangan ya.

d. Kedatangan ke-4

14 hari setelah kedatangan ketiga, saya datang lagi ke Disdukcasip. Tujuannya untuk ambil KK. Sampai di sana, saya menanyakan kepada petugas informasi kemana saya bisa mengambil KK. Dia bilang ke lantai 1 sebelah kiri. WAKWAW, sampai sana salah. Saya harus ke lantai 3 sebelah kanan.

Hehehehe... Ini petugas gimana sih, ngarahin masyarakat aja salah :(
Gak heran kantor Disdukcasip kayak labirin Pacman, banyak yang mondar-mandir gak jelas.

Sampai di lantai 3, ada loket pengambilan KTP-el dan KK. Pwenuh. Gak ada yang mau antri, semua mengerubung. Kayaknya semua orang di situ kepalanya pada berasap deh, gak petugasnya, gak masyarakatnya. Semua punya masalah masing-masing.

"Bu, saya mau ambil e-ktp"
"Ambil e-ktp di lantai 1 ya"
"Gimana sih, katanya ke lantai 3, saya tadi sudah dari lantai 1 bu"
"Lantai satu ya, Pak!" 
Galakan petugasnya jadinya hehehe..

"Bu, e-KTP keluarga saya kurang 2 orang"
"Buktinya pengambilannya mana?"
"Kemarin sudah saya kasih ke sini"
"Di mana? Gak ada tuh"
Kemudian orang tersebut muntah pelangi.

"Bu, ini ada data yang salah di KK saya. Bisa dibenerin?"
"Ibu kemarin yang urus KK-nya siapa? Ibu sendiri apa bukan?"
"Diurusin orang bu, saya tinggal ambil aja ini barusan"
"Ibu sih, diurusin orang. Orangnya gak meriksa tuh bu, kemarin pas bikin KK kan dicek juga data-datanya"
"Yah, trus gimana bu?"
"Ibu bikin ulang aja ya dari RT-RW"
Pasti ibu itu langsung pengen ngemil obat asma.

BUZENG. MO PENGSAN GUE.
Belum dilayanin aja denger keluhan orang-orang yang datang udah puyeng. Mungkin petugasnya puyeng juga, soalnya orang-orang pada bergerumul gak mau antri dan semua minta diselesaikan masalah dokumennya.

Akhirnya giliran saya. JENG.. JENG...
Saya berikan tanda pengambilan untuk 3 KK. KK baru punya saya, KK ortu revisian, dan KK mertua revisian. Ternyata yang ada cuma KK baru saya doang. WHAT? Akhirnya suami yang komplain, kebetulan hari itu suami ikut ke kantor Dinas.

"Gimana ini bu, kok cuma KK saya doang? KK punya orang tua saya mana?"
"Gak ada ini pak"
"Gimana sih, sistem filing-nya kok berantakan? Atasan ibu gak ngasih manajemen yang bener? Ya tanggung jawab dinas dong kalau dokumen masyarakat tercecer masa' mau salahin rakyat. Kita gak tahu apa-apa, tinggal ikutin syarat trus ambil doang. Mana udah nunggu 14 hari, datang berkali-kali"

Okeh... Ini suami gue apa Ibu Risma ya? :))

"Iya, Pak. Ini kami cetak lagi KK-nya, jam 2 siang balik ke sini ya"

Akhirnya setelah menunggu 4 jam, KK orang tua dan KK mertua pun jadi. Tuh, langsung jadi gak usah nunggu 14 hari yes? Hehehe...

Semua proses ribet di atas GRATIS sih, gak bayar.
Tapi ribetnya masyaAlloh tobaaaattttttt :(


Jadi, melalui tulisan 4N (ngalor-ngidul-ngulon-ngetan) ini, saya juga ingin memberikan beberapa potong kripik pedas untuk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil khususnya di Kota Bekasi, domisili saya. Saya juga gak tahu harus ngasih tahu kepada orang dengan jabatan apa, namun semoga tersampaikan dan jadi masukan yang baik ya. Mohon anggap kripik ini sebagai tulisan dari sudut pandang rakyat jelata, ibu-ibu hamil gede yang nelongso ngurus berkas bolak-balik. Lelah pak....

1. Standarisasi Syarat

Ini saya juga bingung, kenapa di petugas A dan petugas B syaratnya bisa beda. Serasa ngurus surat jaman dulu ya, beda petugas beda syarat. Kalau di kelurahan saya mah, syarat pengurusan dokumen udah dipajang gede-gede dan disepakati juga sama petugasnya. Jadi masyarakat juga bisa kroscek syarat sendiri gak perlu bolak-balik.

2. Perbaiki Sistem Pengarsipan

Yakali kalau warga sudah ikuti segala prosesnya, trus berkasnya hilang, tercecer, atau cetakannya cacat, trus salah warganya? HELOH!

Trus harus pengajuan syarat dari awal lagi? HELOH!

Trus harus datang ke Disduk berkali-kali lagi? HELOH!

We have our own life.
Hidup kita gak cuma buat ngurus berkas kependudukan doang, Bapak/Ibu pejabat yang terhormat.
Alhamdulillah kalau kita mau tertib administratif harusnya didukung dong, jangan dipersulit. Kan, pendapatan daerah dari kita-kita juga hehehe...

3. Buat Anak Buah Anda Bahagia dalam Bekerja

Dari awal datang sampai ambil berkas, kesan saya cuma satu dengan petugas Disdukcasip : pada stress. Mungkin stress karena berhadapan dengan ribuan orang setiap hari. Mungkin juga stress karena banyak warga yang nanya, tapi dia sendiri bingung mengarahkan. Jadinya main lempar-lemparan petugas. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya warga wara-wiri gak jelas kebingungan (saya salah satunya), dan nanya ke petugas eh petugasnya aja salah.

Caranya gimana supaya petugas happy dalam melayani?
Ya itu harus dipikirkan oleh Bapak/Ibu pejabat terkaitnya ya, kalau saya mah mikir menu masakan besok aja di rumah. Hehehe...

4. Memangkas Alur Pengurusan Dokumen

Kadang bingung sama negara ini, bilangnya mau pakai sistem online, tapi caranya gak online pisan. Malah bikin ribet. Orang harus antre dari subuh, lalu menunggu seharian, belum lagi kalau syaratnya salah harus kembali lagi besok, setelah jadi harus menunggu 14 hari untuk diambil, kalau ada data yang salah harus urus dari awal lagi.

Bukan satu dua orang, tapi banyak saya lihat manula, ibu-ibu bawa anak/bayi, orang cacat, dan ibu hamil yang mengurus dokumen ke sana. Pak... Bu... Mereka orang-orang yang tidak sekuat orang dewasa pada umumnya. Bayangkan jika mereka harus seharian ada di Dinas dan TANPA HASIL. Sedih? Banget. Sama sedihnya kayak saya yang antre seharian namun ditolak karena syaratnya salah.

Belum lagi jika ada warga yang rumahnya jauh, harus ngongkos naik kendaraan umum, harus beli makan siang, harus beli jajan selama menunggu, apalagi sampai harus ada yang izin kerja sampai potong gaji. Negara mau tanggung jawab kalau warganya sakit atau kelaparan? Enggak kan?

Jika syarat distandarisasi, maka orang gak perlu bolak-balik berhari-hari hanya untuk melengkapi syarat.
Jika penarikan data/pencetakan dokumen bisa dilakukan secara cepat, mengapa perlu waktu berbulan-bulan warga untuk menunggu?

Memang ini sistem yang sudah lama berjalan, namun mengapa tidak dilakukan pembenahan jika dirasa kurang efektif dan efisien?
Gak mudah, tapi pasti bisa.


Sekian masukan dari saya,
Ibu hamil berperut gede yang naik turun gedung 3 lantai tanpa lift.


26 comments :

  1. ya begitulah kalau bsai dipersulit mengapa tidak begitulah semboyan mereka. aku bikin e ktp saja bisa berbulan2 gak jadi dg banyak alasan. jadi ingin kayak di jakarta cepat dan mudah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ya parah banget pada berbulan-bulan e-ktpnya gak jadi-jadi :(

      Delete
  2. Bhuaa ribet banget. Sampe anakku lahir, aku malah belum bikin KK hiks. Ga kebayang ngurus surat pindahnyajuga. Secara aku dr Bekasi, suami dr Lamongan. Sementara kita tinggal d Surabaya whuaaa entah ribetnya kayak apa :((((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huwaaa pasti ribet banget :(
      Tp gimana ya, suatu hari kita juga pasti akan butuh persoalan administrasi yang beginian sih...

      Delete
  3. Mengurus administrasi kependudukan memang banyak jalurnya. Tapi lebih baik segera diurus mba.
    Seperti surat pindah misalnya. Pas mau pindah harusnya langsung bikin karena ini vital.
    Bakalan repot banget ketika dah lama pindah ternyata hrs ngurus surat pindah utk keperluan pembuatan ktp.
    Ya kalau pindahnya deket, kalau jauuh? Huft, repot banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener juga ya mak, thank you sharingnya. Alhamdulillah ini suami cuma pindah kecamatan aja masih satu kota (jodohnya deket hihihihihi)

      Delete
  4. lengkap banget mbak, kemarin suami juga ganti kk baru, masukin si baby yg bru lahir ini, sama perbaiki pekerjaan suami yg salah waktu buat kk dulu, itu lumayan ribet juga mbak...bukti2 dia bekerja di tempat yg baru ini....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Owalaahh mau ganti pekerjaan sampe ada bukti2 gitu ya, kemarin sih tinggal ganti ke personil yg pegang database aja hehehe

      Delete
  5. Ngurus surat-surat semacam KK ini Mbak kalau ditunda-tunda memang bakalan ribet Mbak. Tapi bersyukur semua udahan ya Mbak. Semoga lancar sampai lahiran yak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ALHAMDULILLAH BANGETTT AKHIRNYA SELESAAAIIII
      terharu banget waktu pegang KK hahahaha lebay ya aku
      aamiiin.... nuhun mbaa :)

      Delete
  6. wadawwww... pas bacanya aku langsung kebayang lagi hamil ngurusin ini.. yang kuat ya mbak widy.. sehaatt sehaattt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya kalo inget jadi males lagi ke kantor disdukcasip, kebayang besok ngurus akte lahir minta tolong orang aja deh kalo gini caranya :D

      Delete
  7. Bisa jadi refernsi buat nanti bikin Kk, semangat nungguin calon kpala keluarganya.. Bhhee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin, semoga Alloh segerakan dan dekatkan jodohnya :)

      Delete
  8. terus ktp nya jadinya kapan mbak widy? diatas kan cuma kk nya doang yang jadi..thx mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. sampai sekarang belum jadi -_-
      karena blanko e-ktpnya (katanya) lagi kosong se-Indonesia.

      Kemarin sudah urus KTP juga, cuma dapat resi e-ktp (berbentuk selembar HVS)
      bisa digunakan sebagai kartu identitas sampai 6 bulan ke depan sambil nunggu e-ktpnya jadi

      Delete
  9. Mba kalau kasus ini, suami pindah domisilinya ga beda kota/kabupaten yah? Cuma sampe beda kecamatan aja yah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo beda kota harus cabut berkas dulu pak di dinas kependudukan kota tempat istri atau suami tinggal.

      kalo masih satu kota tinggal sampe surat keterangan pindah alamat saja dari kecamatan cukup

      Delete
  10. Sekarang lebih di permudah bu saya kemaren bikin KK di tempat saya tinggal di tangerang, 1 hari prosesnya selesai tanpa biaya apapun, nanti saya tinggal ambil kk saya sama ktp saya di kelurahan kembali 1 bulan lagi

    ReplyDelete
  11. Makasih infonya mb widi..
    Sangat membantu..semoga birokrasi daerah lebih baik..

    ReplyDelete
  12. Bekasi oh...bekasi... saya baru mau buat kk juga ....tapi dulu waktu saya buat akta anak sblm anak umur 60 hari krn kalau lewat 60 hari bisa kena denda (masih pakai kk yg nyatu dg ortu) saat itu ga ribet seh tapi emang mondar mandir berkali kali (lupa brp kalinye) bln ini mo buat kk misah dan masukan nama anak di dalamnya semoga lancar ga dipersulit

    ReplyDelete
  13. Makanya mending klau mau ngurus pas waktu mau pilkada, biasanya cepet krn kebiasaan kan pd ngumbar janji. Lagian para aparat pemerintahan sih sdh biasa dgn semboyan "biar anjing menggonggong kafilah tetap berlalu". Yang jd pertanyaan klau yg mau ngurus itu keluarga walikota dan aparatnya lama jg gak ya...? Sy berani taruhan wahai aparat pemkot bekasi, klau utk walikota dan aparatnya lama sini datang ke saya...sy ksh uang utk anda...

    ReplyDelete
  14. wah saya juga mau ikutan curhat nih, sudah 2 hari saya bolak balik disdukcapil, karna ingin mencetak resi e-KTP saya yang rusak. namun nyatanya, saya di PHPin banget. saya harus perbarui KK saya dahulu. di hari pertama, saya hanya disuruh bawa KK saya yang lama saja
    dan dihari ini, pagi hari saya datang kesana, ternyata syarat saya KURANG. dan petugas yang kemarin sama hari ini DUDUK SEBELAHAN. ketika saya konfirmasi ke bapak yang kemarin kasih tau saya hanya untuk membawa KK yang lama, dia bilang "iya bawa surat bla bla bla"
    grrrrr....
    syebeel bangeet. sumpah sistem nya parah banget. masih mending temen saya yang di Brebes, kepengurusannya lebih jelas
    ini Bekasi hellaaww

    ReplyDelete
  15. Thx sharing n experience-nya. Jd nambah ilmu

    ReplyDelete
  16. Ternyata memang sudah demikkan toh dukcapil bekasi, saya baru 3 menit lalu ngamuk di dukcapil bekasi, hanya ingin legelisir kk suami( kebetulan kita pisah kk masih akibat dinas ) banyak alasan yang mereka buat, kk asli sudah jadi tapi salah penulisan alamat, akhirnya di perbaiki dan di beri kk (draft), ka bank, ke polres, ke instansi lain berlaku, eh saat akan kekecamatan minta di legelisir malah GAK BISA!!!! saya ngotot dan bilang ,lah bukannya data setiap warga ada di dukcapil kan pak, dan yang salah kan kalian kenapa di repotkan warga??? Malah membantah..
    Saya ributin dah...suami lagi sakit...adehhh...mana para warga duduk bak nunggu bis kota di terminal..


    ReplyDelete
  17. Kisah nya semua sama...kacau di didukcapil...saya ke delta mas bolak balik gak beres2 itu KTP. dan akhirnya selama 3th 2bln saya gak punya E KTP .UNTUng saja dulu waktu bikin saya bilang aja KTP lama hilang.
    Kalo gak gitu...Ktp kertas jg disita..E ktp gak jadi..
    Trus saya jadi warga mana donk..
    Dan setelah 3 tahun berlalu saya coba bikin ektp baru..
    Barangkali sdh ada perubahan sistem bbirokrasi yg lebih baik..
    Ehhhh ternyata masih sama...wkwkwkwkwk udah satu bulan blm ada kepastian kapan jadi E KTP nya....
    Mau pusing tapi sayang kepala saya. biarkan sajalah

    ReplyDelete