Friday, April 22, 2016

Sulitnya Menikah Sederhana di Indonesia

Sulitnya menikah sederhana di Indonesia, hem... Sulit ya :D


Akhir-akhir ini saya sering (hampir tiap hari malah), melihat tulisan di media sosial yang menghimbau untuk menyelenggarakan pernikahan sederhana. Belum lagi tulisan pernikahan Mark Zuckerberg yang hanya dihadiri oleh 100 orang saja. Begitu intim dan sederhana. Walaupun tetap saja sih, harga gaun istrinya $ 4,700. Kalau di Indonesia bisa bikin pesta di gedung tuh bwahahahaha...





Nikah sederhana...
Siapa sih, yang gak mau nikah sederhana? Siapa coba?

Tapi ya... sederhana dalam persepsi orang bisa beda-beda. Mungkin bagi Zuckerberg gaun $ 4,700 itu sederhana, bagi saya itu mewah. Begitu juga persepsi kita dengan orang tua saat merencanakan pernikahan.

Pernikahan Mark Zuckerberg, yang punya Facebook
Sumber 


Duh, kepingin deh bikin pesta pernikahan di kebun yang private ngundang 100 orang aja.


Namun sepertinya para calon pengantin harus menahan diri saat mengajukan ide ini ke orang tua, karena jawaban mereka akan :

"Lho, temen bisnis Bapak gimana? Temen arisan Ibu gimana? Keluarga besar kita aja udah lebih dari 100 orang, belum terhitung besan. Kamu gak mikirin yang itu?"


Udah terjawab kan? Satu kalimat langsung skakmat. Gak perlu diberi penjelasan panjang lagi.
Soalnya saya pernah ngalamin juga waktu mau ngasih ide nikah yang 'kecil-kecilan' aja. Hehehe...

Ada juga alasan lain (yang menurut saya sih, mengada-ada) seperti, kalau cuma kecil-kecilan takutnya udah gak perawan lah, atau alasan karena sang calon pengantin adalah anak perempuan satu-satunya. Hehehe ya males juga sih, kalau nikah jadi omongan orang -_-

Terus gimana dong?

Di Indonesia memang sulit sekali untuk menikah sederhana. Secara tidak langsung, kita juga harus berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar, terutama keluarga (apalagi kalau jumlahnya banyak).

Kembali lagi kepada pengertian dan saling bahu-membahu dalam penyelenggaraan pernikahan. Karena gak bisa kalau semuanya hanya keputusan calon pengantin saja. Gak bisa juga kalau semuanya keputusan orang tua wanita saja, atau keluarga besan saja. Semuanya harus berdiskusi, berembuk untuk keputusan terbaik.

Apabila calon pengantin laki-laki keberatan untuk mengadakan pesta atau resepsi, hal tersebut harus disampaikan secara terbuka kepada keluarga perempuan. Berkata jujur jauh lebih baik daripada memaksakan diri untuk berpesta.

Kalau calon mertua tetep kekeuh mau pesta, gimana?
Pilihannya cuma dua, lobby terus atau cari calon istri lain.

Kalau keluarga bisa menerima kemampuan dari calon menantu, banyak-banyak bersyukur lah karena yang tipe seperti itu sulit ditemui. Hohohohoho :D


MANGAATTTT KAKAAAA BENTAR LAGI MUSIM KONDANGAN CIAT ^_^

9 comments :

  1. Dilema yang sudah menjadi sebuah budaya.. Dan sebagian bahkan sudah menikmati pernikahan sebagai ajang utk menampilkan prestise diri

    ReplyDelete
  2. Masalah kebiasaan yg sudah terlanjur mengakar sih ya mbak.. seolah-olah kalo mengadakan pernikahan sederhana itu aib

    ReplyDelete
  3. apalgi kl di desa, heummm...bakal lebih dari 200 undangan,belum yang mau balikin buwuhan hehehe

    ReplyDelete
  4. Duh, pengantin bahasnya tentang nikah mulu *tutupmuka*

    ReplyDelete
  5. Setuju si sm tulisannya. Gimanapun juga budaya indonesia emang begitu. Sedikit2nya undangan pasti minimal 100orang dan itu lobi2nya pasti jos banget. Demi alasan menghormati ortu dan saudara2 jauh ya mau gak mau harus begitu. Asal cermat dlm perhitungan aja si

    ReplyDelete
  6. sebenarnya bisa aja... kuncinya..jangan mikirin apa kata orang...he2

    ReplyDelete
  7. Pemuda bekasi tp fotonya cewek

    ReplyDelete
  8. Apalahi kalo yang menikah Pak Lurah, satu kelurahan diundang hehe..

    ReplyDelete