Monday, September 29, 2014

Tempat Pool Side Party, Meutia Kirana Sport Center Bekasi

Banyak lokasi yang bisa digunakan untuk merayakan pesta atau resepsi pernikahan. Ada yang memilih merayakan pesta pernikahan di rumah agar terasa intimacy-nya, ada juga yang memilih rumah ibadah, balai rakyat, taman, atau gedung pertemuan.

Eits.. Gedung pertemuan yang bakal saya rekomendasikan ini gak sekedar gedung pertemuan, lho! Ada kolam renangnya juga dan lumayan luas untuk kapasitas 1000 orang (standing party). Bentuk kolamnya pun gak kotak kaku, tapi berlekuk-lekuk ada yang berbentuk lingkaran juga. Nuansa dekorasinya pun agak-agak Bali atau kayak spa gitu. Romantis dan tenang.

Awalnya saya gak menyangka suasana seperti ini ada di tengah kota Bekasi, alias dekat dari pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Namanya Meutia Kirana Sport Center Bekasi. Beberapa tahun saya kuliah di Unisma (yang notabene-nya dekat banget sama Villa Meutia Kirana), tapi baru setahun belakangan ini saja tahu ada gedung yang oke begini hehehe...

Ini lho, pemandangan pool side Meutia Kirana. Kalau dekorasinya pakai lilin-lilin gitu di malam hari kayaknya ciamik banget deh ini...

 
View kolam dari atas
Sumber

View kolam dari dekat
Sumber

View kolam menghadap gedung
Sumber

Nah, selain kolam renang yang bisa untuk disewakan pesta pernikahan, Meutia Kirana Sport Center juga punya tempat indoor untuk resepsi. Tepatnya di lantai 2, bernama Magnolia Function Room. Lumayan luas sih, tapi gak seluas kolam renang. Lalu, selain hall utama, ada satu pintu penghubung ke ruangan lain yang penuh dengan kaca. Ruagan tambahan ini bisa berfungsi untuk ruang meja dessert atau saung-saung hidangan pernikahan.

Hall utama lantai 2
Sumber

Ruangan kaca untuk saung-saung makanan
Sumber

Meutia Kirana Sport Center Bekasi ini lokasinya strategis dan luas (parkirannya apalagi), ditambah gedung yang bagus jadi jangan heran harga sewanya bagus juga hehehe... Gedung ini bisa disewa siang hari jam 11 sampai 13, dan malam hari jam 19 sampai 21. Overall pendapatku oke sih, worth it dengan fasilitas dan harganya.


Tampak depan gedung Magnolia
Sumber

Parkiran Meutia Kirana Sport Center
Sumber
Nah, ini dia harga sewa terbaru (April 2014) dari Meutia Kirana Sport Center untuk indoor (gedung) dan outdoor (kolam renang) beserta kapasitas dan fasilitasnya. By the way, kalau gak begitu kelihatan silakan email ya nanti saya kirim yang resolusinya lebih besar.

Biaya Sewa Meutia Kirana Sport Center
klik untuk tampilan lebih besar

FYI : saat saya ke lokasi, kondisinya malam dan kameranya gak begitu bagus untuk ambil foto, jadi aku hanya foto daftarnya saja. Sumber foto telah saya sertakan dalam caption ya ;)

Bagi yang penasaran dan mau datengin langsung, alamatnya ada di Villa Meutia Kirana Jl. Cut Meutia Bekasi Timur Telpon 021- 82420088 (deket Unisma ya.. inget, deket Unisma loh) hehehe...


Catch you later at another wedding things posts.. Ciao bella :D

Sunday, September 21, 2014

Langka Receh, Kembaliannya Boleh Disumbangin?

Uang kembalian. Kecil, tapi penting. Menurut saya, walau hanya 100 atau 200 perak, bisa menguji kejujuran seseorang, bahkan integritasnya dalam melakukan pekerjaan jual-beli.

Receh, oh receh...
Saya tipikal orang yang detil memperhatikan uang kembalian ini. Dulu saya kerap mengabaikan uang receh logaman, tapi semua berubah sejak saya berjualan snack di kampus dan mengerti betapa berharganya uang logaman itu. Satu snack biasanya hanya dapat untung 100 rupiah, paling besar 300 rupiah bahkan ada yang cuma ambil untung 50 rupiah. Untung sehari saya bisa menjual lebih dari seratus bungkus snack di kampus, jadi masih bisa buat jajan atau beli bensin. Hehehe....

Saya juga punya kebiasaan mengumpulkan uang receh di celengan. Kalau malam saya bongkar-bongkar tas dan menemukan uang logam, saya langsung masukkan celengan. Lumayan deh, kalau sudah hampir penuh, ditukar bisa sampai 20 atau 30 ribu. Bisa creambath atau facial kan? Hahaha... Biasanya minimarket mau menerima uang receh tukaran.

Sebel sih, kadang kebiasaan saya detil sama logaman itu malah bikin saya dikatain pelit lah, perhitungan banget lah.. Kesannya saya jahat gitu, hiks... Mungkin teman-teman ada juga kah yang mendapat prasangka buruk seperti saya?

Balik lagi ke uang receh, tadi siang teman Facebook saya, Dasrizal, pasang status seperti ini :

Status Dasrizal (21/9) pagi

... dan malamnya barusan saya ngalamin kejadian ini.

Sebenarnya bukan sekali dua kali sih, begini. Sering banget banget banget malah. Awalnya saya iya-iya aja karena melihat di depan minimarket ada poster Unicef atau PMI atau peduli bencana. Tapi kok lama-lama begitu terus ya? Jadi minta disumbangin terus.

Apa ini modus selanjutnya setelah kembalian permen hilang?

Berhubung tadi saya sedang lapar jadinya galak,  alhasil petugas minimarket-nya malah saya kepoin. Saya belanja 18.700 tapi kembaliannya hanya seribu.

"Mba, yang 300-nya boleh disumbangin?"
"Emang kenapa Mas? Dari kemarin disumbangin mulu"
"Ini, Mba.. Kagak ada kembaliannya"
"Oh, gitu... Yaudah, kalau gak ada. Tapi kok dari kemarin kagak ada kembaliannya mulu"

Emm... Kesel? Iya, sih...

Tapi mendingan deh, petugasnya jujur kalau ternyata uang kembaliannya gak ada. Eh, tapi berarti sebelumnya saya dibohongin ya yang minta uangnya disumbangin itu? Huuuahahahahaseum. baru sadar

Kalaupun saya kesal atau marah, bukan sama petugas minimarketnya, melainkan ke manajemennya. Bagaimana sih, masa uang receh tidak difasilitasi. Itu kan, hak konsumen. Kasihan kan, kalau karyawannya yang justru dicurigai atau diomelin konsumen terus. Hemm...

Setahun lalu, waktu sebuah mall paling wawawaw di Bekasi itu loh di kawasan yang ada segitiga gedenya  baru buka, saya juga sampai mention dan DM-DMan sama manajemen mallnya. Dua kali saya ke mall tersebut, kembaliannya gak ada terus. Wah, masa kembalian gopek seribu gak ada.. Akhirnya saya minta ke manajemennya untuk sediakan uang kembalian yang banyak ke karyawannya. Senangnya mereka mendengar keluhan saya, sekarang parkirannya gak nyebelin lagi.


Oh, iya... Satu lagi yang bikin saya bete karena kembalian recehnya gak ada. Celengan saya jadi lama penuhnya tuh! Huaaahhhh!!!! Hahaha....

Kalau teman-teman gimana? Ada yang punya pengalaman begini juga kah?

Saturday, September 20, 2014

Anak IPA Pintar, Anak IPS Bodoh

"Intan, cita-cita Intan mau jadi apa?" 

"Aku masih bingung, Mba.. Aku suka pelajaran IPS, nilaiku juga bagus-bagus di situ. Tapi aku takut masuk IPS, katanya anak IPS itu bodoh"


Begitu lah sekilas percakapan saya dengan Intan (sepupu) saat jalan-jalan bersama di akhir pekan yang lalu. Intan masih duduk di kelas 1 SMP Negeri 1 Bekasi. Anaknya mungil, pecicilan, kritis. Walaupun baru kelas satu SMP, tutur katanya rapih dan enak didengar.

Marah? Eits, jelas... Saya salah satu orang yang menentang keras pemikiran kuno ini. Stereotipe anak IPA - IPS ini sangat menggelitik pemikiran saya, karena saya pernah mengalami keduanya.

Mau jadi anak IPA atau IPS hayo?

Meski terlahir dengan sifat keluarga yang saklek (apalagi bapak), saya memang kerap memberontak dari kecil. Bapak memiliki latar belakang pendidikan teknik, saya dapat katakan he is a genious one. Penelitiannya mengenai termodinamika gak main-main, bahkan pernah mendapat penghargaan dari Pak BJ Habibie saat berkunjung ke IKIP Semarang di akhir tahun 80-an. 

Waktu kecil saya sering diomeli kalau nilai matematika saya jelek, kemudian saya diajari sampai malam dan menangis karena ngantuk. Ah, walau begitu saya tetap mencintai Bapak. Hehehe... Lama kelamaan saya jadi terbiasa dengan hitungan, belum lagi saya dileskan aritmatika saat SD, mau tidak mau kemampuan berhitung pun juga terasah.

Berbeda dengan Bapak, Ibu adalah lulusan Administrasi Perkantoran IKIP Semarang. Saat lulus SMP saya 'dikompori' masuk ke sekolah farmasi. Ibu bilang, farmasi adalah cita-citanya waktu kecil namun belum tercapai sehingga ibu berharap saya yang bisa mewujudkannya. Saya sekolah di farmasi dengan baik bohong deeh, padahal bandel.  

Perdebatan besar dalam keluarga mulai terjadi saat saya lulus SMA. Ayah bersikeras saya meneruskan pendidikan ke kedokteran, ibu bersikeras saya meneruskan farmasi. Saya sendiri ingin kuliah komunikasi. Saat itu kedua orang tua sempat marah dan saya pun akhirnya berusaha membiayai kuliah dan uang jajan sendiri.

Tak dipungkiri, keluarga saya juga masih memandang anak IPA itu lebih 'wah', dan IPS itu cuma buat anak-anak yang gak bisa masuk IPA..... dan bodoh.

Bukan hal mudah membuat orang tua menerima saya berkuliah di bidang sosial. Butuh sekitar 3 tahun hingga saya berhasil meraih mahasiswa berprestasi tingkat universitas (in other words bisa mengalahkan anak teknik dan anak pertanian di kampus hehehe). Berbagi jurus lobi dari jurus sailormoon sampai kamehameha sudah dilancarkan. Saya pun berusaha bukan main menunjukkan bahwa saya cocok di komunikasi, saya punya passion dan punya peluang besar di bidang ini.

Berhasil kah, Widy? Alhamdulillah, Ibu dan Bapak sudah tidak punya stigma IPA-IPS lagi. Apalagi Ibu, beliau mempersilakan anak-anaknya menggeluti pendidikan tinggi di bidang yang disukai. Mau IPA dan IPS pun tak apa. Adik saya yang tengah telah berkuliah di Pendidikan Olahraga di Universitas Negeri Semarang. Sedangkan adik saya yang bontot saat ini duduk di kelas 3 SMA dan mempersiapkan mimpinya menuju jurusan Geologi atau Fisika di beberapa universitas negeri.

Kembali lagi ke Intan... Setelah mendengar perkataan Intan yang takut menjadi anak IPS, saya memberikan sedikit penjelasan...

"Gak ada jurusan pintar atau jurusan bodoh, Ntan... Yang pasti, Intan harus belajar yang Intan sukai. Kalau Intan suka pelajarannya kan, jadi lebih mudah..

Kata siapa anak IPS bodoh? Coba Intan lihat sarjana hukum yang jadi pengacara, sarjana hubungan internasional yang jadi diplomat Indonesia ke luar negeri. Mereka gak bodoh, pintar banget malah.. Bisa ketemu orang-orang hebat, bisa ngomong banyak bahasa.

Mau anak IPA atau IPS, kalau Intan suka.. Intan ikhlas.. Nanti Intan bakal jadi yang terbaik di sana"


:)




Monday, September 15, 2014

Meet The Twitter Inspirator : Fahira Fahmi Idris

Twitter memang jadi social media yang asyik banget (buat saya pribadi, sih... eh, tapi lebih asyik blog kok) gombal. Gimana gak asyik, coba.. Kita bisa sapa-sapaan langsung dengan sosok yang mungkin sulit untuk kita temui atau sapa di dunia nyata. Kali ini saya ngalamin lagi :D

Jika selama ini saya hanya mendengar nama Fahira Idris dengan gerakan Anti Miras-nya di media sosial, kali ini saya bisa terhubung dengan aktivis energik dan cantik ini. Mulanya sih, sekedar menyapa menanyakan apakah beliau akan datang ke Deklarasi Anti Miras Kota Bekasi. Eh, ternyata dibalas lho... Beliau humble sekali di Twitter.

Percakapan Widy dan Uni Fahira

Habis bersapa di Twitter, tanpa diduga Uni Fahira Idris langsung follow back saya. Senang? Ya jelas, dong.. Siapa yang gak senang di-follow Twitter inspiratif sejagad. Akun @fahiraidris telah memenangkan pooling The Most Inspiring Twitter tahun 2010 mengalahkan berbagai akun Twitter inspiratif dari berbagai negara. Uni Fahira juga menjadi satu dari 8 Wanita Inspiratif dan Informatif versi Fimela.com. Eniwei, kapan ya @widydarma bisa begitu? *kemudian minum oralit*


Uni Fahira ini bisa jadi inspirasi perempuan masa kini, dengan sifatnya yang humble, keibuan, muslimah, berani, namun tetap santun. Saya suka caranya menyampaikan kritik kepada FPI, saya suka caranya mengedukasi anak muda untuk menjauhi minuman beralkohol, saya juga suka pemikirannya yang menentang pelegalan pernikahan beda agama. Tetap cerdas, tetap religius.

Di tengah serangan pilek yang mendera, saya nekat datang ke Car Free Day (14/9) kemarin. Dua hari sebelumnya, dengan ingus yang gak santai saya juga rela ke Gramedia cari buku beliau. Niat banget mau minta tandatangan. Hehehe... Soalnya menurut saya lebih 'greget' gitu kalau punya buku ada tanda tangan author-nya --> fix! anak 90-an. Tapi di Gramedia bukunya habis, untung di stand AntiMiras ada buku 'Say : NO Thanks!'-nya Uni Fahira. Yeye!


Bukunya sudah ditandatangani :)


Gak sengaja juga nih, niat cuma liputan berdua sama +Hanggara Eko, eh malah ketemu adik kelas +Lestari Utami Arifin di CFD yang lagi cari tugas kuliah. Yasudah, kita berkomplot lah di CFD mengikuti acara Deklarasi Anti Miras. Hehehe...

Selepas Uni Fahira Idris memberikan acara, saya dan Ami kompak menghampirinya dan meminta waktu sebentar untuk wawancara. Ternyata humble-nya gak cuma di media sosial, tapi di dunia nyata. Selepas wawancara kami sempat berbincang santai sebentar, dan beliau meminta kontak saya terlebih dahulu. Lho, saya ini siapa... harusnya saya yang minta kontak Uni Fahira terlebih dulu. Duh, songongnya Widy :(

Siangnya, Uni Fahira langsung mengunggah foto di Instagram bersama saya dan Ami. Ah, Uni... 

Foto bareng Uni Fahira dan Ami di CFD
Sumber : Instagram @fahiraidris

Dear Uni, semisalkan baca tulisan blog ini...

Semoga Uni selalu dilimpahkan keberkahan, kesehatan, dan keimanan agar dapat mengemban amanah di pemerintahan dengan baik. Semoga Uni selalu disayang Alloh :)


Kapan-kapan main ke Bekasi lagi ya, Uni.. Semoga bisa berbagi pengalaman dengan almamater saya juga :)




Wednesday, September 10, 2014

Foto Menu Makanan untuk Cafe / Resto

Bisnis kuliner memang jadi salah satu usaha yang menggiurkan saat ini. Bagaimana tidak, setiap orang pasti akan butuh makanan, dan motivasi orang-orang makan di luar pasti ingin mencari 'sensasi' atau 'suasana' baru yang berbeda dengan saat mereka makan di rumah. Tentu, jadi kewajiban pebisnis memberikan pengalaman atau suasana makan itu kepada pelanggannya.

Saat kita browsing atau lewat di suatu tempat makan pasti yang dilihat pertama kali itu daftar menunya, lebih senang lagi kalau makanan yang tersedia itu ada fotonya. 

Ah, tapi jadi males kalau foto makanannya ternyata hasil googling. Yah, ampun... nanti pas mesen makanannya jadi ketipu lagi. Hehehehe.... Kan makan di cafe, bukan beli mie instan yang cover-nya doang bagus *eehh.... 

Enaknya sih, bikin foto menu makanan sendiri. Saya sempat tuh coba-coba moto makanan, tapi hasilnya gak bagus-bagus juga... Tetep aja ada 'kurangnya' gitu loh... Gak puas rasanya, padahal udah pake kamera SLR. Padahal sempet nyontoh-nyontoh menu makanan di internet yang kelihatannya bagus, tapi gak berhasil juga. Yasudahlah, saya gak bakat kali ya... :(


Suatu ketika saya diajak main sama teman-teman Bekasi Urban City, ada +ugi rusgiarto , +Hanggara Eko , +aboy abrori , dan +Aditya Mahendra , mereka bilang mau foto produk di salah satu cafe coklat di daerah Summarecon Bekasi. Ya udah, saya kepo (padahal gak bisa fotografi hahahaha)... Eh, beneran aja ternyata mereka mau fotoin menu-menu di kafe itu.

Suasana kafe aslinya itu redup sendu gitu, gak begitu banyak cahaya dari luar karena kita fotonya di non-smoking area yang tertutup di lantai 2 (biar adem). Saya tambah bingung lah..

"Bro, disini gelap tau. Emang bisa apa, gelap gini gak ada cahaya matahari, lampu juga minim" keluh saya sok tahu.

Mereka justru tambah asyik mempersiapkan senjata-senjata fotonya, kamera, lensa, lighting (ohh pantes terangnya dari sini kali ya), printilan-printilan pelengkap seperti jeruk mandarin, buah adas manis, kayu manis, daun mint, dan juga.... kotak putih. Kotak putih itu mereka buat sendiri dari kardus katanya. Kreatif banget emang temen-temen saya.

Berhubung saya gak bisa foto, jadi pemerhati aja deh kepoin mereka foto makanan (eniwei kata mereka namanya food stylish).

Kotak putih ajaib yang jadi mini studio food stylish

Suasana kafe saat foto makanan
Jeruk dan teman-temannya untuk pelengkap foto

Lumayan lama sih, foto-fotonya karena ada beberapa menu yang difoto dan harus disiapkan. Besok-besok saya mau deh ikutan foto makanan lagi padahal gak moto, soalnya habis itu makanan yang difoto boleh dimakan. Hahahahahaha... Rezeki anak soleh & solehah, alhamdulillah :D

Anyway, penasaran kan sama hasil fotonya?? Saya pribadi sih, lihatnya senang banget. Puas gitu rasanya, terlihat bersih, apik, dan eksklusif. Trus warna makananya jadi 'keluar' dan sukses bikin ngiler. Congratulations, guys...!!!! 




Hasil Foto Makanan Teman-Teman BUC
Gimana hasil fotonya menurut kalian, oke gak? Hehehe....



Monday, September 8, 2014

Pinter Keblinger, Pelegalan Nikah Beda Agama

Menuntut ilmu di lembaga pendidikan tinggi memang membuat kita berpikir lebih luas, lebih dalam, dan lebih logis. Di bangku perkuliahan kita mendapat beberapa mata kuliah seperti filsafat, logika, dan etika. Jika saat SD - SMA kita sering mendapatkan pengetahuan tanpa bertanya, saat kuliah justru 'dibentuk' menjadi lebih kritis dan berusaha mencari jawaban dari 'mengapa', 'mengapa', dan 'mengapa'.

Tapi tak lantas melupakan ajaran agama yang tertanam sejak kecil, walaupun (mungkin) dulu kita hanya diberikan pengetahuan agama tanpa tahu maksudnya. Tak pernah terlintas mengapa harus sholat, harus mengenakan jilbab, harus puasa, harus berzakat, dan lainnya.. Semua hanya dipahami sebatas perintah atau larangan Alloh saja.

Apa pantas mendebat keberadaan Alloh, hukum-hukum Alloh? Mendebat apa yang jelas tertera salah menjadi benar, dan benar menjadi salah?

Jujur, saya kesal seketika saat membaca atau mendengar pemberitaan tentang seorang mahasiswi hukum UI yang mengenakan jilbab dan berusaha melegalkan pernikahan beda agama. Kesal sekali... Karena tak berani marah-marah di media sosial, saya keselnya di blog saja ya... Hehehe... :)

Berita yang bikin kesal :p

Sebenarnya, menyatakan pendapat dan pemikiran tak salah di negeri ini pun menjadi hak tiap manusia. Namun hal itu pasti tak akan dilakukannya jika ia memahami Islam lebih dalam. Terlebih yang sependapat dan membenarkan tindakannya dengan sejuta argumen kesetaraan, kemajemukan, atau apalah itu yang intinya hendak meng-universal-kan agama. Saya pribadi tidak suka agama dicampur-campur seperti itu, karena agama bukan es campur.

Kelihatannya pinter sih berargumen panjang lebar, tapi pinter keblinger itu namanya. Akal dari Alloh kok dipakai untuk melawan Alloh? Bukan kah itu sombong?

Islam bukan sekedar agama, bukan sekedar keyakinan. Islam itu ideologi, panduan hidup, walau gak mudah sih menerapkannya. Namun tanpa panduan hidup dari Alloh, pasti hidup akan terasa 'hilang'. Saya seorang muslimah, dan berusaha selalu mempertahankan keyakinan saya. Tak masalah jika ada yang berpendapat fanatik atau berlebihan. 

Saya sendiri sudah lelah mendengar perdebatan tentang Tuhan. Tuhan dimana? Apa Tuhan ada? Pernah juga ditanya orang 'Kamu Islamnya, Islam apa?', dan dituduh jilbab adalah pakaian SARA. Saya tipikal yang tidak suka mendebat dan lebih memilih menjawab "Di agama saya, pakai jilbab itu waji. Perintah Alloh, no excuse..". Terlebih masalah pernikahan beda agama, jika seorang wanita menikah dengan non-muslim maka haram hukumnya... ya haram. Lagipula apakah semudah itu seorang muslimah menyerahkan keyakinannya kepada seorang pria yang baru dikenalnya?

Hati-hati... Semakin sering mendebat Alloh, nanti malah benar-benar dicabut nikmat iman & Islam kamu dari-Nya.

Jika tak lagi ada seberkas iman, apa masih yakin hidupmu akan tenang dan berkah?

Skripsi.. and Many Thanks for These Persons in My Life


Alhamdulillah, skripsi sudah di-hard cover dan menunggu esok untuk diserahkan kepada pihak kampus.

Perjuangan selama 4 tahun kuliah akhirnya hampir ada di gerbang akhir. Perjuangan nekat keluar farmasi, (dulu) tidak disetujui orang tua, kerja siang malam jaga apotek, ke kampus bawa keranjang jualan Chiki, air mineral, dan roti, ditertawakan mahasiswa fakultas lain (karena bawa keranjang jualan), ikut-ikut kompetisi demi beasiswa, ikut-ikutan bantu penelitian dosen, kerja di percetakan, sampai akhirnya berpetualang di dunia social media. Semuanya dilakukan demi bertahan tetap kuliah.




Skripsi selesai!
Foto : Dokumentasi Pribadi



Ada setitik rasa haru saat sidang kemarin dinyatakan lulus oleh para dosen penguji. Setengah mimpi rasanya bisa selesai kuliah di semester 8 ini. Berbagai emosi membuncah di dada menjadi satu.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu proses perkuliahanku dari awal hingga saat ini.

Guru dan alumni DITKESAD, Pak Heru Purwanto, Bu Nina Kurnaena (yang mensponsori Widy ke Indonesia Youth Forum 2013), Bu Vony Nofrika, Bu Sri Riyanti (saya gak pernah lupa nasihat Al-Matsuratnya smile emoticon )

Oom Ridho Muhammad (yang mensponsori Widy ke Social Media Camp 2012)

Mami Linda Rosiyani dan teman-teman Apotek K24 Ternate, apalagi Noviink sama mas Amank Dodi yang suka masakin mie kalau jaga malam hehehe....

Teman-teman PANGLIMA, Dosen-dosen Ilmu Komunikasi Unisma Bekasi, teman-teman Ilkom dan Unisma.

Mentorku tersayang terkeren sepanjang masa *tsaah, Mba Nunik Rahmawati.

Mas Rakhmat Ganda dari L-Men, yang udah digangguin terus semasa penelitian skripsi, hehehe....

semua-semua-semua-semua-semua yang tidak bisa disebutkan satu-satu namanya, tapi insyaAlloh saya selalu ingat kebaikan-kebaikannya:)


...dan saya persembahkan studiku untuk Ibunda Any Suryanti. Semoga bisa mengobati rasa kecewa atas sikap anaknya yang bandel dan keras kepala ini.

****

Untuk teman-teman yang berjuang menyelesaikan studinya sambil kerja, tetap semangat walau kurang tidur, kurang gizi, dan kurang piknik. InsyaAlloh, apa yang kalian tanam akan dituai dengan manis. Sebilah pedang pun tak akan menjadi tangguh bila tidak dibuat dari besi dengan tempaan keras luar biasa.

Semoga Alloh memberkahi kita semua...

Saturday, September 6, 2014

Makna 'Jangan Cintai Aku Apa Adanya'

Kau terima semua kurangku..
Kau tak pernah marah bila ku salah..
Kau selalu memuji apapun hasil tanganku yang tidak jarang payah..

Jangan cintai aku apa adanya, jangan..
Tuntutlah sesuatu agar kita jalan ke depan..


Lirik di atas adalah sepenggal lagu kesukaan saya dari Tulus, Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Seperti biasa, Tulus selalu punya sisi penulisan lagu yang menarik menurut saya, termasuk juga dengan lagu ini. Awal mendengar lagu ini saya sempat berpikir dan terus mengolah kata-kata dalam lagu tersebut hingga saya menemukan makna yang bagus sekali (gak cuma bagus sih, tapi juga memiliki kisah yang sama dengan hidup saya hehehe).

Dari dulu sampai sekarang, orang selalu bilang menerima cinta dengan apa adanya. Ya, itu benar juga sih... Menerima kekurangan dari pasangannya. Itu juga perlu. Terkadang cara pikir kita berbeda, budaya keluarga bisa saja berbeda, kebiasaan juga berbeda. Walaupun sebenernya tidak buruk namun belum tentu pasangan bisa menerima perilaku kita bukan?

Bersama dengan orang asing untuk suatu komitmen bukan perkara mudah. Butuh adaptasi yang bukan sehari dua hari, tapi bertahun-tahun. Terlalu banyak mengkritik pasangan juga tidak baik, tapi selalu 'membenarkan' pasangan dengan segudang kebiasaan atau perilaku yang membuat kita tidak nyaman juga gak baik. 

Yah, terkadang ada sih orang yang saking cintanya semua dibilang benar, semua dianggap setuju. Padahal kita juga punya hak berpendapat kan, di negara aja punya, masa di hadapan pasangan enggak punya? Hehehe....

Nah, esensi yang didapat dari lagu Tulus di atas adalah seakan-akan berkata :

"Please, bilang sama aku apa yang harus aku lakukan untuk jadi lebih baik.."

atau "kritiklah aku, gak papa kok...."

Ini disampaikan oleh pasangan yang ingin beradaptasi dengan baik atau memperbaiki diri. Harus dihargai? Jelas, dong... Siapa sih, yang gak ingin memberikan hal terbaik untuk pasangannya?


Saya sendiri juga gak luput dari kritik pasangan, apalagi jika jilbab yang saya gunakan pendek (tidak menutupi dada), terlalu sibuk sampai lupa istirahat, atau malas berolahraga. Hehehe... Saya juga terkadang minta dikritik tentang rasa masakan saya. Saya tetap merasa nyaman dan dicintai, karena saya tahu kami semua ingin berbuat dan memberikan suatu kebaikan bagi satu sama lain :)

Happy weekend, people..