Tuesday, June 30, 2009

Pria itu Sulit




Banyak yang mulai mempertanyakan status saya saat ini. Saya pun mulai merasa risih. Saya benci mendengar pertanyaan yang selalu menjurus kepada hal ini. Saya sekuat mungkin berusaha menghindar, namun terkadang saya terjebak.

Ada juga yang membandingkan saya dengan saudara saya yang mudah memperoleh lelaki yang ia inginkan. Ia begitu mudah mengikat dirinya dalam komitmen. Sedangkan saya terlalu banyak pertimbangan dan berpikir (menurutnya).

Saya tidak mencari lelaki yang sekedar ada di hidup saya namun tidak memberi arti, tidak menjadi pelajaran hidup bagi saya, tidak menjadi teladan, dan tidak menjadi orang yang siap mengkritik dan berkomunikasi dua arah dengan saya.

Saya tidak mempedulikan mereka berbicara apa walaupun sangat mengganggu telinga saya. Saya biarkan kembali hati ini mencari sendiri mana pria yang benar-benar untuk saya. Saya bahagia dengan semua yang ada di hidup saya, sahabat-sahabat saya, playlist di gadget saya, bantal guling saya (lho!), semuanya.

Saya yakin semuanya akan indah pada waktunya. Hitung mundur dimulai saat ini.

Hampir Celaka

Kamis (25/6) kemarin saya hampir saja celaka. Saya sama sekali tidak menyangka hal ini akan terjadi pada saya di sebuah angkutan umum 26 jurusan Kampung Melayu - Bekasi.

Ketika itu pukul 13.45. Saya sedang dalam perjalanan ke kantor, hendak dinas siang. Di tengah perjalanan saya mengirimkan pesan kepada rekan kerja saya. Menjelaskan, mungkin saya akan telat, karena angkot yang saya tumpangi jalannya seperti siput, ngetem terus.

Situasi ketika itu, dalam angkot hanya ada 2 penumpang. Saya duduk di pojok belakang (bangku 4), dan seorang pemuda usia 20-an duduk di pojok (bangku 6) tepat di belakang supir. Saya tidak menyadari karena sedang asyik dengan ponsel. Tahu-tahu sudah ada 3 orang laki-laki berpostur cukup besar duduk di dekat kami. Satu orang di sebelah saya (dekat pintu), 1 orang di hadap serong saya, 1 orang tepat di sebelah pemuda 20-an itu. Saya perkirakan mereka naik satu per satu di depan up2date factory outlet, satu di pasar sumber arta, dan satu lagi di jembatan kincan (lokasinya berdekatan).

Keanehan dimulai ketika laki-laki yang berada di hadap serong saya terus menerus melihat saya. Saya tidak pernah membuang pandangan ketika ada orang lain melihat saya, pasti saya akan terus melihat dia sampai dia tidak melihat saya lagi. Namun laki-laki itu terus melihat saya, lalu berpaling, lalu seperti mengirim isyarat kepada laki-laki sebelahnya, dan tiba-tiba laki-laki di sebelahnya itu juga ikutan melihat saya. Pandangan mereka seperti menginginkan sesuatu dari saya. Semuanya mulai tidak beres.

Tiba-tiba lelaki di samping saya (yang duduk dekat pintu), mulai membagikan sebuah brosur "PIJAT REFLEKSI" yang bisa mengobati berbagai macam penyakit. Ia membagikannya kepada saya, pemuda 20-an, dan juga kedua rekan komplotannya itu.

Saya kira hanya sekedar membagikan, tahunya lelaki itu langsung MEMIJAT pemuda 20-an dengan erat dan keras, disusul lelaki yang duduk di sebelah pemuda 20-an itu juga mulai mepet-mepet. Saya terperangah. Panik.

Saya langsung menggedor-gedor atap angkot dan teriak turun kepada supir. Lelaki yang duduk di dekat pintu sempat hendak mencegat saya (sambil terus memijat pemuda 20-an itu). Saya yang panik langsung menerobos tubuh copet berkedok tukang pijat itu.

Jantung saya terus berpacu. Terus dan terus. Sesampainya saya di kantor pukul 14.30 (telat 30 menit) tangan saya masih dingin, jantung saya masih berdegup cepat. Saya sudah lama tidak mengalami kejadian kriminal. Berbeda ketika sekolah dulu, hampir setiap hari saya melihat kejadian kriminal dan hampir beberapa kali saya yang menjadi korbannya. SUBHANALLAH, ALLOH AZZA WA JALLA selalu melindungi saya.

Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

Historia


Minggu (21/6) kemarin saya mengikuti kegiatan Wisata Kota Tua yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia. Saya berangkat menuju stasiun Kota dengan penuh perjuangan sampai saya tersesat ke stasiun Manggarai (Ya.. ini bodoh!) Perjalanan dari jam 5 pagi sampai jam 8 pagi tidak membuat saya lelah mengikuti kegiatan ini. Saya bertekad, dari rumah berangkat ingin ke Kota, maka saya harus sampai Kota (walaupun sempat panik dan berniat ingin ke Semanggi saja ketika tersesat di Manggarai).


Komunitas Histroria Indonesia cukup menyenangkan, dan yang membuat saya excited adalah voulenteer terbuka untuk siapa saja. Termasuk pelajar, mahasiswa, umum, ibu rumah tangga pun bisa jadi voulenteer. Saya tertarik, namun saya akan kesulitan mengatur jadwal saya nanti. Karena saya juga dalam tahap adaptasi jadwal.

Awalnya, kami semua berkumpul di depan museum Fatahillah. Sekitar 300 peserta dibagi ke dalam 31 kelompok. Barulah kami mulai menjelajahi kota tua. Kakak saya sempat membuat onar di depan kafe Batavia bersama sahabatnya.

Guide : "Jadi, kafe batavia ini bla bla bla.."

DA : "woii gusss, fotoinn gueee!!!!
BN : "gantian gue doddd!!!"

WD : "duh, ga kenal! ck"

Banyak manfaat yang saya dapatkan dari perjalanan ini. Saya sudah beberapa kali ke kota tua. Tiada artinya jika kita hanya menikmati keindahannya tanpa tahu sejarah dibawah tanah yang kita injak. Kegiatan berlangsung selama 3 jam, sampai sekitar pukul 11.30. Di akhir kegiatan, kami semua menyanyikan lagu INDONESIA RAYA bersama-sama. Rasa haru membuncah di dada, hati ini bertekad "Saya akan mengumandangkan lagu ini dengan bangga di Sydney nanti".

Amin.

Monday, June 15, 2009

17 memories


Apa kesan anda tentang usia 17 ?
Di usia ini saya harus menjelma menjadi orang yang lebih dewasa daripada umur saya sebenarnya. Di tahun ini saya banyak berubah, banyak pemikiran baru, banyak pengalaman baru, banyak pelajaran baru.

Apa yang 'pertama' di usia 17?
1. Gelar pertama : Asisten Apoteker
2. Pekerjaan pertama : RS Harum Sisma Medika
3. Gaji pertama
4. Putus paling menyakitkan pertama : Firmansyah
5. Handphone kamera pertama : LG SHINE
6. High heels pertama dengan uang sendiri
7. Clubbing pertama : 26 Desember 2008

Apa yang identik dengan usia 17?
Mencoba ini itu.

Apa yang paling anda ingat di usia 17?
Pria datang pergi, semuanya kurang menyenangkan.
Apa yang anda pelajari di usia 17?
Banyak. Yang paling terasa adalah melawan mood dan mengendalikan emosi.

Apa hikmah kehidupan yang anda dapet dari usia 17?
Hidup bukan hanya untuk diri kita. Kita diciptakan untuk membawa manfaat bagi orang lain. Dedikasikan hidup kita untuk negara dan human race ini.
Apa cita-cita anda di usia 17?
Tetap, ingin pergi ke Sydney dan menjadi penyuluh kesehatan.
Apa harapan anda yang belum tercapai di usia 17?
Mempunyai usaha bisnis. Sulit sekali.
Apa pencapaian anda di usia 17?
Bisa lebih care dengan sekitar, mendukung aksi greenpeace, melawan global warming, hidup lebih sehat dan teratur.
Apa moto anda di usia 17?
Glamourousmart
Apa anda ingin merubah moto hidup anda? Menjadi apa?
Ya. 18 lil humanity superwoman.

Apa pengalaman terkacau di usia 17?
Pernah dekat dengan pria beristri. Ia membohongi saya tentang statusnya.
Apa target anda di usia berikutnya?
Looking for better life of course. Step to be an collegers. Sydney.
Apa yang anda inginkan di usia berikutnya?
Belajar bahasa arab.

Siapa 17 orang tersayang anda?
1. Ibunda, Any Suryanti
2. Yuliyanti
3. Mustasyar, FK Abulyatama - Aceh
4. Niken Nur Kusumawati
5. Nova Prisillia Sumarni
6. Lia Lestari
7. Risya Iftitah
8. Vika Septideyani
9. Yayah Nurhayati
10. Grand Pa (R.I.P) Grand Ma
11. Ayahanda, Darmadi
12. 1st brother, Umar Nur Zaman
13. 2nd brother, Muhammad Ali Basyir
14. Bagus Nugroho
15. Vina Susanti
16. Gunardi Wira Putra
17. Nurmalasari

Apa doa anda meninggalkan usia 17?
Semoga Alloh senantiasa memberkahi usia saya, semoga saya senantiasa dibawah perlindungan, cahaya dan kasih sayang hakiki-Nya. Semoga Alloh melindungi, mengampuni dosa dari orang tua saya, dijadikan penghuni surga. Amin.

Saturday, June 13, 2009

Menguping

Dalam perjalanan pulang kantor, saya tak sengaja mendengar pembicaraan 2 orang ibu-ibu. Tidak salah dong, karena mereka berbicara dengan tidak pelan dan saya mendengarnya. Dan dari pembicaraan ibu-ibu itu membuahkan satu renungan dan pemikiran untuk saya.

Ibu A, berbicara kepada ibu B "saya harus menyekolahkan anak saya di London". Saya sekilas melihat penampilan ibu A. Biasa saja. Tak ada kesan mewah atau apapun. Lalu ibu B mendengarkan dengan penuh seksama tanpa komentar satu pun. Yang saya tangkap dari pembicaraan itu adalah Ibu A ingin menyekolahkan anaknya di luar negeri karena hal itu akan membawa prestise bagi anaknya, keluarganya, dan sang ibu A itu sendiri.

Ibu A ngotot habis-habisan (yang saya tangkap), anaknya berhasil sekolah di London. Namun, baru semester awal saja sang anak sudah give-up. Kembali ke Indonesia. Ibu A mengeluh dan menasihati anaknya habis-habisan yang menurut ia benar.

Ada beberapa hal yang saya pikirkan :
1. Sang anak tertekan, mungkin itu bukan minatnya.
2. Sang ibu terlalu ambisius, tidak mempedulikan sang anak. Ibu itu selalu menyebutkan kata "prestise" dan "bangga". Sangat angkuh.

Setiap anak mempunyai impian masing-masing, apa yang menjadi angan-angannya. Setiap anak bebas mencapai apapun yang mereka mau. Orang tua mengarahkan dan mensupport agar sang anak bisa berkembang dengan baik. Bukannya memaksakan dan mendikte ini itu. Saya menjadi sedikit berpandang negatif pada Ibu A.

Memang setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya walaupun terkadang anaknya tak suka.

Saya misalnya. Saya dimasukkan ke sekolah farmasi oleh ibunda. Awalnya sangat tertekan. Saya frustasi. Namun, ibunda selalu bilang "sabar. semua ini memang terasa sangat sulit. lakukan yang terbaik dari kamu, dan suatu saat nanti ketika kau melihat ke belakang, kau akan tahu betapa kuatnya dirimu" dan semua itu benar. Ibunda memang ingin yang terbaik untuk saya. Buktinya di usia 17 tahun saya sudah bisa mencari uang sendiri.

Ayah saya juga sangat menginginkan saya kuliah kedokteran ataupun mengeyam pendidikan di fakultas farmasi UGM. Namun dengan tegas saya jelaskan, saya ingin menjadi penyuluh kesehatan. Saya ingin kerja di WHO. Karena disitu panggilan jiwa saya. Dan saya sangat tidak ingin menjadi PNS. Itu prinsip saya.

Saya juga tidak didukung untuk menjadi graphic designer oleh orang tua saya. Saya pun memutar otak bagaimana caranya untuk tetap menggapai apa yang saya mau dan tetap bisa menyenangkan orang tua saya.

Akhirnya saya membujuk orang tua saya untuk kursus design grafis, dan akhirnya diizinkan. Walaupun hanya sekedar kursus, saya cukup puas. Saya bisa mendalami ilmu yang saya mau.

Intinya, kunci dari semua ini adalah komunikasi. Setiap kepala mempunyai pemikiran yang berbeda, mempunyai keinginan yang berbeda. Setiap manusia selalu ingin membahagiakan manusia yang disayanginya. Tidak ingin melihat orang yang disayanginya sengsara, apalagi anaknya. Namun, semua itu adalah bagaimana kita bisa mengutarakan keinginan masing-masing dan berusaha mencari jalan tengah alias win win solution.

Alhamdulillah, pelajaran hari ini dahsyat!

Monday, June 1, 2009

Im lost

Kamis (28/5) kemarin, eyang kakung saya meninggal dunia. Beliau meninggal di ruang ICU RSUD Purbalingga - Jawa Tengah. Beliau dimakamkan di Jatisaba , Purbalingga. Semoga Alloh mengampuni semua dosa-dosanya dan dijadikan penghuni surga. Amin. Doa kami sekeluarga selalu mengiringi Bpk. Soetardjo (1944 - 2009).

Kehilangan seseorang, begitu berarti. Sangat terasa ketika orang itu pergi. Tak ada lagi kata-kata darinya, tak ada lagi hadirnya di samping kita. Menyakitkan.

Sama dengan saya mengikhlaskan abang saya. Ia mungkin benar-benar membenci saya, dan saya ikhlaskan itu. Semua itu membuat saya down.

Tapi, dikala kita down, mungkin disanalah kita dapat menemukan siapa orang yang selalu ada disamping kita. Siapa sahabat kita. Siapa orang yang betul-betul menyayangi kita. Terima kasihku untuk Yuliyanti, sahabat saya. Dan juga Bagus Nugroho, kakak saya. Mereka yang setia mendengarkan dan menenangkan saya dikala gundah, kecewa, marah.

Kehilangan dia sangat tidak berarti apa-apa dibandingkan kehilangan kalian semua. You are my besties.