Wednesday, August 17, 2011

Tenunan Kemerdekaan

Malam tadi (16/8), saya berkesempatan mengikuti acara "Malam Renungan Kemerdekaan" di kediaman laksamana Maeda yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Letaknya di Jalan Imam Bonjol No.1 Menteng Jakarta Pusat. Acara berlangsung mulai pukul 19.00 dan entah sampai jam berapa, karena saya berpamitan pulang pada pukul 22.00 (maklum, anak perempuan bawa motor sendirian di ibukota hehe).

Serunya di acara itu semua generasi melebur menjadi satu. Dari usia belasan sampai 80 tahunan. Dari organisasi kepanduan (pramuka), komunitas historia, dinas kebudayaan & pariwisata, budayawan, sejarawan, psikiater, akademisi sampai wakil rakyat hadir di acara tersebut.


Kaos Napak Tilas Proklamasi


Saya tertarik dengan pembicaraan Romo Mudji Sutrisno, budayawan yang juga dosen filsafat UI, tentang kemerdekaan.

"Kemerdekaan Indonesia itu ibarat sebuah kain tenun. Kalian tahu bagaimana membuat tenun? Kain itu berasal dari beragam benang yang terikat. Jangan melihat kita merdeka hanya karena orang suku apa atau siapa. Setiap orang, setiap suku, setiap agama, setiap etnis semua punya andil dalam kemerdekaan negara ini"

Sedikit Romo juga membahas tentang semiotik tugu monas dan seluruh komponen-komponen didalamnya. Sedikit saya mengambil kesimpulan, ternyata jenius sekali founding father kita, Bung Karno. Entah otaknya terdidik dari apa. Perpaduan nasionalis dan sungguh berseni. Hehehe.. Walaupun saya pernah membaca tulisan tentang arsitektur monas yang kontroversial atau sebagai lambang freemasonry di Indonesia.

Tak hanya Romo, Kang Asep Kambali, kawan saya dan juga founder Komunitas Historia Indonesia, ikut berbincang dalam renungan tadi malam. Beliau menyampaikan kata-kata yang "nyentil".

"Jika kau ingin menghancurkan generasi muda, hancurkan ingatan mereka terhadap sejarah bangsanya"

Lalu ada salah satu anggota Pramuka Kwarnas yang menambahkan,

"Dan saat ini, kita sedang menghancurkan diri kita sendiri".

Yes, we made it! Kita melupakan sejarah bangsa kita sendiri. Kita terbawa arus teknologi yang deras. Internet, facebook, twitter, blackberry, iphone, android, ipad, playbook atau apapun itu. Mau pilih mana? Kita kukuh menahan diri dari arus teknologi, lalu kita yang bodoh. Atau mengikuti arus teknologi, menjadi generasi yang apatis, pragmatis, kapitalis dan konsumtif (kemudian bodoh juga)?

Lalu Kang Asep menambahkan,

"Maka cara yang paling tepat adalah bagaimana kita memanfaatkan teknologi ini untuk mencerdaskan bangsa". Saya sendiri bergabung di KHI sejak 2009. KHI memang menarik minat generasi muda untuk belajar sejarah melalui jejaring sosial Facebook dan Twitter.


Memahami kemerdekaan negara kita, memahami sejarah bangsa kita, mengenang perjuangan pahlawan-pahlawan kita, adalah bagaimana cara kita mencari identitas diri. Siapa kita? Ketika kita kehilangan identitas, maka dengan mudah kita dijajah secara global. Bukan dengan senjata, namun intelektualitas kita akan diinjak oleh bangsa lain.

Sedikit demi sedikit Pancasila tergerus. Sila kelima, telah hilang dari realita bangsa kita saat ini. Sila keempat, akan segera terganti dengan demokrasi liberal. Apa jadinya bila sila ketiga Pancasila musnah? Sila kedua? Bahkan sampai sila pertama? Pancasila adalah landasan ideologi negara kita.

Bagaimana jika generasi muda sendiri tak memahami ideologi negara? Bagaimana jika generasi muda tidak mengenal siapa, apa, kapan, dan bagaimana negaranya berdiri? Bagaimana bangsa kita hendak dihargai apabila ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya masih dengan bercanda dan tertawa?

Siapa yang akan meneruskan tenunan kemerdekaan? Apakah tenunan itu akan berhenti dan berantakan benangnya?

Dirgahayu bangsaku.. Semoga umurmu panjang. Amin.

Tujuh belasan dulu.. Tujuh belasan sekarang...

Saya masih ingat dengan jelas, ketika saya masih memakai rok merah yang berkibar-kibar dulu, mungkin hari ini adalah hari yang sakral. Tak boleh terlewatkan. Pagi hari tanggal 17 Agustus, seluruh sekolah pasti mengadakan upacara. Pagi-pagi saya sudah siap dengan pakaian putih-putih dan dasi pita merah di leher. Saya akan mengiringi oubade di upacara kemerdekaan sekolah.

Setelah upacara selesai, kami semua bergembira seharian mengikuti perlombaan di sekolah. Mulai dari lomba makan kerupuk, membawa kelereng dengan sendok di mulut, memasukkan paku ke dalam botol, menonton panjat pinang, sampai menyaksikan pesta rakyat di RT setempat.

Keesokan hariya ibunda saya disibukkan dengan baju kebaya dan make-upnya. Saya akan mengikuti karnaval. Senang sekali rasanya. Ketika saya memakai baju pengantin jawa, saya bisa berpura-pura menjadi gadis jawa. Tahun depan, ketika saya memakai baju pengantin sulawesi, saya bisa berpura-pura seperti gadis sulawesi. Hahaha..

Beda lagi ketika zaman SMP. Saya pernah bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka di sekolah. Saya ada di formasi 17. Bukan formasi yang paling penting sih! Tapi pasti menjadi kebanggaan tersendiri menggunakan lencana burung garuda di topi kita.

SMA?? Wuu.. jangan ditanya! Saya cupu ketika SMA. Hehehe... Saya bagian remaja nyeleneh ditengah didikan militer sekolah.


Panjat Pinang. Gambar oleh : Madferit


Saat ini, saya sudah memasuki universitas. Pasti haruslah beda memaknai kemerdekaan bangsa Indonesia. Bukan lagi dengan makan kerupuk atau panjat pinang warisan Belanda (sekarang saya heran, apa makna dibalik makan kerupuk?). Namun bagaimana saya memahami hakikat kemerdekaan itu sendiri.

Sedikit saya mulai mengoreksi ingatan-ingatan dan pelajaran yang saya dapat ketika sekolah dulu. Saya hanya tahu Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, hari jumat, diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, di tempat yang sekarang menjadi Museum Juang 45. Hanya itu.

Saya hanya terpaku dengan data-data 5W & 1H di buku sejarah itu, tanpa saya tahu "apa kaitan kemerdekaan Indonesia dengan hidup saya sekarang?". Guru-guru saya dari SD sampai SMA tak ada satupun yang menjelaskannya.

Saya ter-mind set bahwa tujuh belasan itu identik dengan lomba-lomba apalah itu namanya. Namun saya tidak pernah berpikir, apa tujuan lomba itu? Apa makna dan korelasinya terhadap kehidupan saya? Apa maknanya adalah menginjak-injak teman untuk mencapai satu hadiah seperti pada lomba panjat pinang? Atau loncat-loncat dimana tubuh kita dibatasi dengan karung kebodohan sampai hampir jatuh?

Saya hanya diberi tahu, diberi soal, dan diberi nilai. Bahkan saya sendiri tak mendalami makna kemerdekaan itu sendiri. Betapa bodohnya saya.

Kemerdekaan merupakan suatu buah perjuangan besar pahlawan-pahlawan kita. Cucuran darah, keringat dan pikiran tak sedikit yang mereka korbankan. Dengan alasan apa kita merayakannya dengan cara-cara yang tidak merdeka?

Saturday, August 13, 2011

When the children are getting MAD!

Well, this is my new world. Selepas mundur dari perusahaan yang terakhir, Apotek K24, saya memutuskan untuk tidak lagi bekerja di bidang farmasi. Pertama, saya tidak menyukainya. Kedua, saya tidak menyukainya. Ketiga, saya tidak menyukainya. Dan keempat, saya ingin konsentrasi dengan kuliah saya di bidang komunikasi.

Mungkin anak-anak bukan hal baru bagi saya. Sudah hampir dua tahun saya bergelut dengan anak-anak jalanan. Belajar dan bermain dengan mereka bukan hal yang asing lagi. Semester ini saya mulai mengajar di bimbel LTC (Language Techno Center) di Duta Harapan, Bekasi Utara. Selain itu, saya ditawari juga untuk mengajar kelas jauh taman kanak-kanak oleh LTC. Dengan dasar saya menyukai anak-anak, saya terima tawaran tersebut.



Jum'at (12/8) adalah hari pertama saya mengajar di TK Widya Utama, Villa Mas Indah - Bekasi Utara. Saya datang pukul 08.35 sedangkan kelas dimulai pukul 09.00. Saya merasa tenang, tidak nervous. Akhirnya saya menemui kepala sekolah TK, Ms.Eva.

"Nanti anda hendak mengajar apa?" tanya beliau.

WACKS. Gosh, i haven't prepare anything! Mr.Indra dari LTC hanya bilang ke saya untuk datang, bukan untuk menyiapkan. Okay, mungkin saya juga kurang peka. Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya atas komunikasi yang kurang ini.

Saya hanya diberi waktu 5 menit untuk berpikir, materi apa yang akan saya berikan kepada mereka. Sekilas saya melihat kartu alfabet. Dan.. TINGS! Saya akan mengajarkan alfabet dalam bahasa Inggris.

Saya mulai masuk kelas. Perkenalan diri, mengabsen anak-anak. Semua berjalan dengan baik, saya bisa mendapatkan atensi anak-anak. Ada satu anak bernama Arya yang sedikit heboh dan hiperaktif. Namun ia juga ikut belajar dengan kawan-kawannya yang lain. Semua berjalan dengan baik sampai dengan menit ke 30.

Masuk menit ke 31, anak-anak mulai jenuh dan ribut. Saya mengajak mereka bernyanyi, mereka masih mau bernyanyi "aku berjalan, ikan berenang". Saya mulai mengajak mereka kembali ke materi, dan mereka mulai jenuh. Dan seketika mereka heboh memukul-mukul dan berdiri di atas meja. Oh Gosh, saya mulai panik!

Suasana kelas spontan menjadi kacau. Berkali-kali saya mencoba meng-handlenya namun tak berhasil. Sejenak saya berpikir, apa yang harus saya lakukan? Tarik nafas.. tenang.. tenang.. diam.. berpikir.. OKAY!

"Baik, anak-anak... Kita main petak umpet yuk!"

"AYOOO!!!"

Begitulah. Akhirnya kelas saya berkahir dengan main petak umpet. Akhirnya 45 menit waktu mengajarku berkahir sudah. 15 menit kemudian, Ms.Eva memanggil anak-anak dan memimpinnya untuk pulang.

Ternyata menangani anak-anak dengan gizi berkecukupan jauh lebih sulit daripada anak jalanan. Entah teori macam apa ini. Sepertinya saya harus banyak lagi belajar untuk menangani anak-anak perkotaan. Menangangi anak hiperaktif lebih sulit dibandingkan adik-adikku di rumah singgah yang sering berkata kasar. Sepertinya saya harus lebih berwibawa dan tegas menangani anak-anak TK itu. Yang pasti saya tak akan menyerah, anak-anak itu harus takhluk dengan saya. Hehehe.. Just the matter on trick and time. Cheers ^_^

Sunday, August 7, 2011

Orderan Bukber FDC

Heiiiyaaa.... Alhamdulillah, akhirnya saya bangkit kembali setelah hampir satu minggu total bedrest di rumah. Ternyata Alloh menganugerahkan penyakit kepada saya di awal Ramadhan ini agar saya istirahat di rumah dan belajar sabar serta tawakkal. Hehehe..

Bedrest bukan berarti tanpa kegiatan. Sederet pekerjaan harus tetap saya selesaikan selama istirahat di rumah. RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran) Bahasa Indonesia tingkat SMP untuk bimbingan belajar LTC tempat saya bekerja paruh waktu harus diselesaikan. Lumayan ya, bikin RPP 3 kelas. Sedikit pegel dan stress. Namun, ada beberapa yang terbengkalai (dan parahnya saya baru ingat semalam, itu juga diingatkan) adalah layouts PANGLIMA MEDIA dan desain stiker untuk Farmasi Ditkesad Community (FDC). Aaaaa... Rasanya kepala mau pecah.

Sedikit lemas, karena harus makan siang Corel Draw. Namun karena janji dan tanggung jawab, maka saya harus segera mengerjakannya. Dan jadilah desain berikut. Jeng jeng jeng jeng...




Desain saya untuk acara Bukber FDC


Hemm.. ya.. Sedikit yummy, dengan taste yang manis. Ya ya ya, saya sedang lapar (hush, puasa!). Entah kenapa saya terbesit ide membuat cupcake. Mungkin karena ada pepatah berbukalah dengan yang manis (hmm, tidak ilmiah). Atau sedikit bosan jika bulan ramadhan diidentikkan dengan warna hijau atau ketupat. Maka dari itu saya buat cupcake. Hahahaha..

Desain ini nantinya akan dicetak dalam bentuk stiker. Namun yang saya sarankan kepada kawan saya yang akan mencetak, sebaiknya menggunakan stiker bahan kromo, bukan vinil. Karena finishing untuk desain ini akan lebih bagus. Lalu, saya sedikit usil dengan potongan stiker yang tidak persegi panjang atau bujur sangkar. Saya ingin kawan-kawan FDC lebih teliti dan kreatif dalam menggunting hahahaha (maaf ya).

Acara buka puasa FDC sendiri akan diadakan Sabtu minggu ini tanggal 13 Agustus 2011, bertempat di SMK Farmasi DITKESAD Jl.Abdul Rachman Saleh No.18 Jakarta Pusat 10410. Acara ini akan dihadiri alumni SMK Farmasi Ditkesad dari berbagai angkatan. Selain buka puasa bersama, FDC juga mengadakan bakti sosial, seperti tahun sebelumnya. So please, bagi Alumni KESAD be there at 4pm! C'ya soon..