Sunday, June 29, 2014

Petualangan Emak Amatir #1 : Pasar Tradisional

Gak tau kenapa kok kepikiran judul konyol begini saat belanja ke pasar tadi pagi. Huuftt.. Hehehehe


Pagi ini hari pertama di bulan Ramadhan. Berhubung belum bisa ikut berpuasa karena kodrat perempuan, saya berniat untuk olahraga. Saya memang ikut kelas Belly Dance dan Yoga/Pilates akhir-akhir ini. Sudah rapi untuk berangkat latihan, ibu negara malah mengajak saya ke pasar.

"Ayolah, Wid.. Warung sayur di dekat rumah tutup semua", bujuknya.

Yaa... daripada saya di-embargo pangan sama ibu negara, mending saya batal latihan Belly Dance deh, hehehe... Berangkat lah saya dan ibu menuju Pasar Bambu Kuning, Perumnas 2 Bekasi.

Ini bukan pertama kali saya ke Pasar Bambu Kuning, sudah sering malah waktu kecil. Tapi ini pertama kali dalam hidup saya ibu bilang "Widy, kamu mau makan apa? Coba tentuin belanjaannya". Aiiih, matek!

Apaan itu belanja sayuran? Selama ini saya cuma makan aja. Kalaupun belanja buat masak, saya lebih suka di swalayan. Hehehe...

Jadi seorang emak itu juara deh! Menentukan menu buat makan itu gak mudah, abis pusing mikirin menu, pusing mikirin bahan yang harus dibeli. Trus godaan perempuan itu memang di mata. Lihat jamur seger-seger lucu bawaannya pengen beli (padahal awalnya gak kepingin masak jamur, tuh). Lihat buah naga, pengen beli. Lihat kentang apalagi. Yah, masa' semuanya kepingin dibeli sih... Katrok ya, Widy.

"Wid, mau udang?"
"Gak mau, aku habis alergi"
"Mau ikan"
"Gak juga"
"Mau ayam"
"Hari ini kan, makan ayam. Masa ayam lagi"

Begitu lah, perdebatan ibu dan anak gadisnya sepanjang belanja. Saya pun setengah memaksa ibu untuk beli blewah mungil, habis murah-murah sih. Hahahaaha... Mungkin karena terbiasa belanja di swalayan dengan harga yang sudah diberi label, dan tahu harga di pasar tradisional malah bikin saya kaget bersemangat. Lah, di pasar kita bisa beli daun dan seperangkat sayuran untuk sop hanya 3000 rupiah. Murah banget. 3000 dapat apa di swalayan?

Dulu saya pikir berbelanja di swalayan sama saja murahnya. Ternyata enggak. Di pasar tradisional untuk beli sayur dan buah bisa lebih murah. Kalau harga daging bisa jadi sama. Tapi kalau di pasar bisa beli daging potongan sedikit-sedikit. Hehehe...

Belanja hasil imajinasi dan kalap matanya Widy


Satu jam berbelanja, saya pulang dengan membawa ati ayam 3pcs (9 ribu), kulit lumpia setengah kilo (6 ribu), kulit martabak seikat (3500), blewah (5 ribu), kentang setengah kilo (5 ribu), cincau hitam, sop-sopan, tahu sumedang (3 ribu dapat 10), jamur kancing 1 ons (4500), bihun, mie telor, kecap, bawang putih, bakso, otak-otak, dan masih banyak lagi. Satu item belanjaan tidak ada yang harganya lebih dari 10 ribu. Ini seru! Hehehehe... Lumayan belanja untuk sahur dan buka selama 3 hari hanya menghabiskan sekitar 70 ribu.

What a great day.. Bisa belajar banyak hari ini. Alhamdulillah :)

Sunday, June 22, 2014

Belajar dari Kekalahan Spanyol

Tahun 2014 ini menjadi perhelatan piala dunia yang pahit buat Spanyol. La Furia Roja harus menanggung kekalahan dalam dua laga pertamanya melawan Belanda dan Chili. Sebagai pendukung setia La Roja, saya sedih dong (pasti). Apalagi lihat Gerard Pique hanya duduk termangu di bangku cadangan pada laga versus Chili. Huhuhu….. bawaannya Shakira mau pukpuk aja *okeskip*

Saat gawang Casillas dijebol oleh Vargas (Spain vs Chili, World Cup 2014)
Sumber : o.canada.com


 Dulu saya juga suka mem-bully tim sepak bola yang kalah, misalnya “hahahaa mampus Itali kalah”, “lagian pendukung Inggris sombong-sombong sih, giliran kalah aja kicep”, dan sebagainya. Jahat ya, mulutnya… Hehehehe… Biarkan, namanya juga pernah muda, pernah alay, ya memang begitu :D

Saat kalah di piala konfederasi tahun 2013 saya kesal sekali, kalah di laga final lawan Brazil. Itu pun lebih kesel lagi karena Sergio Ramos ga masuk pinaltinya. Hehehe… Tapi di situ saya mulai belajar menerima kekalahan Spanyol setelah era kejayaannya selama lima tahun terakhir ini. Hemm… walau masih kesel.

Time flies and says I have to learn more. Saya mengerti sekarang bagaimana perasaan para pemain sepak bola. Saya belajar saat Mas mengalami kekalahan pada laga semi-final turnamen tarkam-nya.

“Mas kalah, dy… Adu pinalti” ujarnya lemas.

“Itu berarti tim Mas mainnya sudah bagus. Tinggal keberuntungan dari Alloh pas pinalti”

“Bukan begitu, dy… Banyak orang yang datang dukung tim Mas, terus kalah. Rasanya kecewa banget”


Begitu lah, bukan masalah bola yang gagal masuk ke dalam gawang. Tapi bagaimana membuat bangga banyak orang yang sudah berekspektasi tinggi terhadap penampilan kita, dan sulitnya untuk memprediksi kondisi di lapangan kemudian. Pilihan pemain saat masuk ke lapangan cuma dua, menang dibanggakan atau kalah di-bully, menurut saya gak ada kemungkinan tengahnya. Pasti di-bully, paling enggak sama tim lawan. Semenjak itu, saya gak mau mem-bully tim lawan yang kalah lagi.

Huft… pasti berat ya, beban yang dipikul timnas Spanyol. Saya sih, tetap setia dukung mereka. Gelar juara piala eropa dan dunia dari 2008 sampai 2012 berturut-turut sudah membuktikan La Roja memang tim hebat. Mungkin skuad sudah lelah, saatnya berganti generasi. Ya… secara Casillas sudah tua, Puyol gantung sepatu, Iniesta tambah botak, dan Pique sudah jadi ayah. Hiks :(

Quote terakhir yang jadi esensinya dan sangat penting adalah….

Karena lelaki sejati bermain sepak bola 

:D